PEMIMPIN SUKSES CERDAS EMOSI
Mama Papa Hebat, Saya teringat akan kisah seseorang yang merasa kecewa akibat tidak lolos psikotes di beberapa perusahaan yang dilamarnya. Orang ini merasa secara intelektualitas ia di atas rata- rata, tetapi mengapa ia tidak lolos? Belakangan saya dapat bocoran, bahwa psikotes tidak hanya dibuat untuk mengukur inteligensi seseorang tetapi juga menakar pengelolaan emosi ketika menghadapi situasi tertentu. Terbukti, orang ini memang merasa tidak cocok menjalani ritme kerja yang sama bertahun- tahun. Baginya, harus selalu ada tantangan baru, projek baru, maka di situlah semangatnya menyala.
Emosi memang merupakan kekuatan besar yang membuat hidup jadi dinamis. Namun, pengelolaan emosi yang tidak tepat bisa membawa masalah, bahkan kegagalan atau rusaknya suatu hubungan. Agar anak pandai mengelola emosinya, dibutuhkan waktu yang tidak sebentar. Bahkan, seumur kita pun masih harus terus belajar mengendalikan emosi, bukan?
Karenanya, mengasah kecerdasan emosi sama pentingnya dengan mengasah kecerdasan logika. Bahkan, kecerdasan emosi disebut-sebut sebagai syarat dari kepemimpinan yang sukses. Nah, kalau mau si kecil Mama dan Papa jadi pemimpin yang berhasil di masa depan, asahlah kecerdasan emosinya sejak sekarang.