Ada yang berbeda kalau saya bercakapcakap dengan Bapak almarhum dulu. Apanya yang berbeda? Dengan Mama, pembicaraan biasanya berlangsung seputar badan yang sakit atau enggak sakit, sudah minum obat atau belum, lagi malas makan atau ingin makan sesuatu. Sedangkan dengan Bapak, saya semangat bertanya kenapa mobil harus ganti oli, kenapa pesawat bisa jatuh, atau apa saja sih agama-agama yang ada di dunia.
Mungkin karena setelah punya anak, mama saya total jadi ibu rumah tangga, maka sudut pandangnya pun enggak jauh-jauh dari urusan kesehatan, nutrisi, sekolah dan hal-hal yang berbau rumah. Lantas, papakah yang membuat penglihatan seorang anak bisa menembus batas-batas dinding rumahnya? Rasanya anggapan itu enggak salah.
Ketika Mama jadi sumber kehangatan dalam keluarga, Papa mengimbanginya dengan memberi gambaran tentang tantangan-tantangan di luar sana. Anakanak pun menjadi siap. Siap berjuang dan membuka jalannya sendiri.
Ya Papa, di sanalah, di jalan mereka sendiri kelak anak-anak menuai sukses. Mama pasti setuju.