Sahabat NOVA… Topik “full day school” sedang hangat dibicarakan beberapa hari belakangan ini. Kendati baru wacana, namun reaksi dari orangtua dan masyarakat, termasuk para pendidik sudah ramai di linimasa . Pro kontra tentu saja. Ada yang membayangkan anak-anak akan kelelahan bila seharian di sekolah dengan setumpuk pelajaran terus menerus. Di lain pihak, ada juga yang menyambut senang karena dengan demikian, anak-anak bisa belajar lebih banyak di satu tempat tanpa harus berpindah dari sekolah ke tempat les atau kegiatan lain. Perlu kita akui, tanpa full day school pun, terutama di kota-kota besar, anakanak baru kembali ke rumah menjelang petang. Biasanya sepulang sekolah, mereka masih mengikuti berbagai kegiatan ektrakurikuler atau kegiatan lain di luar sekolah.
Yang menjadi pertanyaan adalah bila seharian penuh di sekolah, apakah sekolah cukup siap menyediakan aneka kegiatan? Dalam hal ini adalah kesiapan para pendidik dan fasilitas fisik sekolah itu sendiri untuk menyediakan pilihan kegiatan bagi anak didiknya. Bila hanya diisi dengan pelajaran alias akademik saja, saya termasuk yang tidak setuju. Pelajaran yang ada sekarang saja, menurut saya, sudah cukup banyak dan padat. Setelah setengah hari berada di ruang dengan situasi dan suasana yang terstruktur, anak-anak perlu sarana pelampiasan energi dalam bentuk kegiatan lain.
Lagipula, anak-anak perlu dibekali hal lain selain mata pelajaran. Dalam hal ini mengembangkan kemampuan yang terkait dengan passion setiap anak. Entah itu pada bidang musik, menggambar/melukis, menari, fotografi, sinematografi, olahraga, lingkungan, dan sederet aktivitas lain. Mungkinkah tambahan aneka kegiatan itu berlangsung di sekolah? Yang artinya, anak akan bertemu dengan teman-teman yang itu-itu lagi. Saya, kok, memilih memberi kesempatan pada anak-anak mengikuti kegiatan di luar sekolah, salah satunya adalah agar ia bertemu dan mengeksplorasi lingkungan baru. Beri mereka kesempatan untuk mengembangkan dirinya dengan optimal. Anak-anak butuh support itu!