Tampilkan di aplikasi

Menengok sejarah Indonesia di Bengkulu, rumah ibu Fatmawati menjahit bendera

Tabloid NOVA - Edisi 1486
16 Agustus 2016

Tabloid NOVA - Edisi 1486

Rabu, 17 Agustus 2016, bangsa Indonesia akan merayakan Hari Kemerdekaan yang ke-71. Banyak sudah cerita tentang perjuangan para pahlawan dalam upaya merebut kemerdekaan Indonesia. Namun, di balik cerita-cerita heroik berhiaskan pertumpahan darah, tak sedikit benda atau tempat yang menjadi saksi bisu perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah. Bengkulu, salah satunya. Wilayah yang sejak 18 November 1968 menjadi provinsi ke-26 ini merupakan salah satu saksi bisu lahirnya negara Republik Indonesia. Menyambut Hari Kemerdekaan, berikut tiga lokasi bersejarah di kota yang dulu disebut Bencoolen itu. / Foto : Edwin F. Yusman/dok.nova

NOVA
Rumah Pengasingan Bung Karno Seperti Memasuki Kapsul Waktu Tepat dipinggir Jalan Soekarno – Hatta, Anggut Atas, Gading Cempaka, Bengkulu, sebuah rumah dengan desain khas era kolonial berdiri gagah. Sebuah penanda bangunan yang terbuat dari beton terpancang di halaman depan rumah bertuliskan informasi bangunan bersejarah tersebut. Halaman terlihat rapi tertata, pepohonan di sekitar rumah membuat suasana semakin terlihat asri. Menyusuri jalan setapak menuju pintu rumah, seakan membawa kita masuk ke kapsul waktu. Begitu jarak semakin dekat, dua pria berkemeja putih dan bercelana hitam datang menyambut.

Satu di antaranya bernama Sugrahanudin, yang sudah belasan tahun menjadi juru pelihara rumah pengasingan Bung Karno di Bengkulu itu. Sugrahanudin langsung menyiapkan sebuah buku tamu, yang sebagian penuh coretan nama dan asal pengunjung yang pernah hadir di tempat ini. Demi menghormati dan menjaga kebersihan salah satu bangunan warisan Sang Proklamator, pengunjung diwajibkan untuk membuka alas kaki sebelum memasuki ruang demi ruang. Begitu telapak kaki menginjak lantai teras sederhana yang tidak berubin dan hanya dibuat dari semen itu, hawa dingin merayap pelan dan memberi kesegaran di tengah udara siang Bengkulu yang panas.

Sekilas, tidak ada yang istimewa dari bagian teras bangunan ini, selain kisi- kisi di atas pintu yang berornamen Tiongkok. “Awalnya rumah ini milik seorang pedagang bernama Tjang Tjeng Kwat, sebelum akhirnya menjadi tempat tinggal Bapak Ir. Soekarno selama diasingkan di Bengkulu sejak 1938 sampai 1942,” terang Sugrahanudin. Pria murah senyum ini kemudian menjelaskan ruang demi ruang di dalam rumah ini. Informasi yang diberikannya sangat dalam, tak heran jika 2015 lalu dirinya mendapat penghargaan sebagai Juru Pelihara Terbaik dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ruangan pertama yang dilihat begitu memasuki rumah ini adalah sebuah ruang tamu kecil dengan perabotan kuno yang terbuat dari kayu.
Tabloid NOVA di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI