Sahabat NOVA… Sebuah penelitian yang dilakukan NOVA menemukan fakta yang cukup menarik dan menggelitik, 69 persen perempuan tidak pernah mengapresiasi keberhasilan yang sudah dicapai oleh diri sendiri. Mengapa? Sebagian besar perempuan menganggap bukan hal penting untuk menghargai keberhasilan. Sebagian lain menganggap semua yang dilakukannya memang sebuah kewajiban sehingga layakkah untuk diapresiasi? Bahkan, para perempuan usia 25-40 tahun - yang menjadi responden penelitian ini - mengungkapkan bahwa di dalam kehidupannya, prioritas utama adalah anak-anak. Kemudian suami menempati urutan kedua. 97% atau 9 dari 10 perempuan hanya memberikan perhatian bagi diri sendiri setelah kedua urusan di atas (anak dan suami) diselesaikan dengan baik.
Hhmmm…saya mencoba mengaitkan hasil penelitian tersebut dengan penelitian lain yang juga pernah dilakukan NOVA: perempuan lebih rentan stres dibanding pria. Bisa jadi mengapa kita begitu rapuh terkena stres karena hampir di seluruh aspek kehidupan perempuan selalu mendahulukan kepentingan orang lain ketimbang diri sendiri. Sesungguhnya tidaklah ada yang salah dengan itu. Saya tidak sedang mengajak Anda untuk mengabaikan anak-anak, suami, juga kedua orangtua dan keluarga. Bukan itu! Namun, mari kita mencoba untuk lebih bahagia menjalani hidup dengan belajar menghargai atas segala sesuatu yang kita capai. Keberhasilan bukanlah melulu diukur dengan prestasi-prestasi besar yang menghadirkan beragam piala dan penghargaan bertaraf nasional.
Cobalah memulainya saat mata terbangun dan bersegera ke dapur menyiapkan sarapan dan bekal buat anak-anak. Bukankah yang kita lakukan adalah keberhasilan mengalahkan ego betapa kita pun masih ingin tertidur pulas di pelukan suami? Perlu juga, lo, menghargai usaha kita untuk tetap bisa menemani dan membantu anak-anak bermain atau mengerjakan tugas-tugas sekolah, padahal saat itu kelelahan sedang mendera.
Nah, merasa diri hebat saat melakukan hal-hal yang tampak kecil itu dan kemudian bangga karena berhasil adalah hal luar biasa. Buat perempuan lain mungkin itu tidak penting, tapi mengapa harus dibanding-bandingkan? Di lain kesempatan, marilah mencuri waktu dari 24 jam yang kita miliki untuk melakukan hobi yang nyaris tak tersentuh karena sering kehilangan waktu yang dikuras habis untuk melakukan aktivitas harian kita. Jangan merasa bersalah! Stop menghukum diri sendiri karena meninggalkan anak-anak dan suami. Berhentilah mendengarkan apa kata orang bila seorang perempuan meninggalkan rumah demi hobi. Teman saya, seorang pencinta alam masih melakukan pendakian gunung 2 tahun sekali bersama teman-temannya tanpa melibatkan suami dan anakanaknya yang memang tidak suka kegiatan alam.
Sebagai sebuah pribadi, kita tetap berhak untuk menjadi diri sendiri. Menjadi istri dan ibu bukanlah kemudian menghilangkan keinginan-keinginan dan harapan-harapan personal. Bila ada perayaan ini-itu, maka bolehlah kita punya “Celebration of Me” dengan lebih menghargai dan kemudian merayakan apa yang sudah kita capai. Life balance, seimbangkanlah. Sadarilah, perempuan itu punya seabrek-abrek kelebihan dan kehebatan. Satu saja kekurangan kita: lupa bahwa betapa berharganya kita.