Belakangan ini, sebagian besar warga Indonesia digelisahkan dengan insiden terbaliknya bendera negara kita pada beberapa materi SEA Games yang diterbitkan pihak Malaysia. Penyesalan dan kekesalan berulang kali dilontarkan. Baik oleh warganet di media sosial, juga pemerintah secara formal. Tanpa pikir panjang, kita langsung membela kehormatan Indonesia.
Bagi saya, kejadian ini cocok dengan ungkapan yang banyak kita amini, family comes first. Secara pribadi, kurang lebih saya pun menyetujui kalimat itu. Saat anggota keluarga sakit, atau mengalami masalah, tanpa banyak pertimbangan saya akan “terbang”meninggalkan apapun yang sedang saya lakukan, dan pulang. Ini bukan sesuatu yang terbangun dalam semalam. Ini hal yang diajarkan dan dipraktikan oleh keluarga saya. Dan ibarat sebuah budaya, itu pun berlaku di banyak keluarga kita.
Sama halnya dengan Bu Sumarni dari Banyuwangi yang mendahulukan kebutuhan anaknya, Yossy, yang lahir tanpa anus dan kelamin. Dalam curhatan pada halaman “Peristiwa” kali ini, Bu Sumarni mengiyakan permohonan anaknya untuk memilih jenis kelamin yang diinginkan tanpa banyak keraguan. Sekali lagi, family comes first.
Masalah serupa tapi tak sama juga mungkin saja muncul dari perbedaan latar budaya dan kewarganegaraan. Saat memutuskan untuk menikahi pria berkebangsaan lain, seperti Laudya Cynthia Bella dan Raisa. Bila ada problema, nilai-nilai keluarga mana yang akan kita bela? Jika beda kewarganegaraan, “family” mana yang akan kita dahulukan? Kita mungkin tak bisa memilih keluarga.
Tapi kita bisa memilih untuk membuat kebiasaan baru, membangun sebuah budaya baru dari keluarga kecil kita. Sebab, bukankah itu esensi dari membangun sebuah rumah tangga? Ketika itu terjadi, rasanya ungkapan family comes first akan semakin nyata dan memiliki arti. Selamat menikmati edisi ini, Sahabat Nova. Salam untuk keluarga, selamat Idul Adha bagi yang merayakan, dan sampai jumpa minggu depan!