Beberapa hari lalu citra kebanggaan dan keceriaan merayakan 17 Agustus melimpah di berbagai akun media sosial, termasuk milik kita. Saat membaca edisi ini pun, mungkin suasana peringatan Hari Kemerdekaan masih kental terasa. Kalau melihat rekam jejak digital tadi, ada yang kompak serba merah-putih dengan rekan kantor dan keluarga, ada pula yang gembira lomba 17-an di RT/RW. Lainnya memanfaatkan hashtag seputar ‘kemerdekaan’ untuk menyuarakan pendapat, seperti keberagaman, toleransi, dan (untuk yang perempuan) independensi dalam bekerja.
Tapi itu, kan, yang tampak di media sosial. Mari kita bahas kemerdekaan yang lebih pribadi, dalam lingkup hubungan suamiistri. Adakah kebebasan yang bisa kita banggakan? Sahabat Nova mungkin sudah punya keleluasaan untuk memilih profesi dan menjalankan peran ganda. Tapi bagaimana jika suami adalah juga rekan kerja Anda? Sudahkah kita merdeka dari kekhawatiran bahwa bekerja bersama akan memicu konflik yang bisa berujung pada terganggunya keharmonisan keluarga?
Mungkin takut muncul cemburu karena yang satu lebih dominan, atau terbit kesal karena salah satu tidak memberikan komitmen seperti yang dibayangkan. Belum lagi kecemasan akan banyaknya tuntutan agar kita memenuhi ekspektasi sebagai seorang profesional sekaligus pasangan dalam rumah tangga. Mungkin pembahasan di “Isu Spesial” kali ini bisa membantu.
Khususnya kalau Sahabat Nova terpikir untuk mencoba berkolaborasi dalam bisnis atau projek spesial bareng suami. Selama tidak ada paksaan dari salah satu pihak, layak dicoba, kan? Toh, bekerja bukan hanya untuk uang. Menurut beberapa selebriti, itu malah mendekatkan mereka sebagai pasangan. Bagaimana? Siap melepaskan diri dari ketakutan dan mencoba menjalani hal baru bersama? Kami tunggu cerita suksesnya, ya.