Kita mengenal dapur sebagai ruang tempat memasak. Dulu sekali, dapur biasanya berukuran luas, diletakkan di area belakang rumah dan terpisah dari rumah induk. Akibat dari kegiatan memasak yang masih menggunakan alat-alat tradisional, ruang tersebut biasanya pengap, lembap, berasap, dan penuh jelaga. Di jaman modern, dapur menyatu dan menjadi bagian dari rumah, sekalipun posisinya masih di area belakang.
Pada era ini, karena ketersediaan lahan semakin terbatas, ukuran dapur juga mengecil. Karena kegiatan memasak didukung alat-alat modern, dapur tidak lagi berasap dan pengap. Kira-kira 10 tahun terakhir ini, derajat dapur menjadi lebih tinggi lagi. Dapur tidak lagi diletakkan di belakang, melainkan di area tengah atau depan sebuah rumah, menyatu dengan ruang makan dan ruang keluarga.
Menurut Rabani Kusuma Putra, arsitek prinsipal Nimara Architects, biasanya dapur seperti ini hanya digunakan untuk kegiatan memasak yang ringan, seperti menghangatkan atau membuat teh/kopi. Di sini, dapur tidak lagi berfungsi hanya tempat memasak. Dapur seperti ini bisa menjadi tempat bertemunya anggota keluarga di pagi hari sambil sarapan atau berkumpul di waktu-waktu senggang.
Untuk rumah tanpa ruang tamu, dapur yang menyatu dengan ruang keluarga juga bisa dijadikan tempat menerima tamu—biasanya tamu dekat seperti sahabat atau kerabat. Dengan segala perangkat seperti kulkas, microwave, atau coffee maker, kita bisa ngobrol di dapur sambil ngopi dan menikmati penganan ringan laiknya di sebuah kafe. Di apartemen mungil, fungsi dapur lebih banyak lagi. Meja yang ada di dapur bisa digunakan sebagai meja untuk persiapan memasak, meja untuk makan, meja untuk kerja (menggunakan laptop), atau kegiatan-kegiatan lainnya.
