Si kecil yang enggak bisa diam memang suka bikin kita capek. Tapi, kalau si kecil doyannya “mager” alias males gerak bisa jadi kita bakal lebih capek menanganinya. Karena seperti sebagian kita tahu anak yang malas gerak, umumnya kurang optimal tumbuh kembangnya. Bukan hanya secara fisik, tapi juga untuk perkembangan psikisnya.
Betul begitukah? Teman kita, Isma Anggrita (33), sepertinya meyakini begitu. Makanya, dia rajin mengajak Mika (5) berolahraga, bahkan sejak putrinya masih bayi. “Aku selalu biasain tiap pagi atau sore, keliling kompleks pakai stroller-nya. Pas dia udah bisa duduk di sepeda, aku dorong sepedanya keliling kompleks sampai akhirnya dia bisa ngayuh sepeda sendiri.”
Hasilnya? Di usia 3 tahun, Mika sudah bisa main skateboard! Ini membuktikan, keseimbangan badannya bagus. Murid TK B Sekolah Bunga Matahari ini juga mampu memanjat tangga di playground sekolah, lempar-tangkap bola, bahkan main sepak bola.
“Dengan berbagai gerakan saat beraktivitas fisik tentu akan merangsang berbagai otot untuk bekerja sehingga menjadi terstimulasi. Perkembangan fisik-motorik anak pun jadi optimal,” terang dokter spesialis anak Martinus M. yang merupakan lulusan FKUI ini.
Sebaliknya, kalau tidak banyak gerak, selain dapat memengaruhi perkembangan fisik-motorik, juga menyebabkan anak kurang baik metabolismenya. “Daya tahan tubuh juga tidak terstimulasi dengan baik, sehingga anak mudah terkena penyakit,” tambah Martin yang sempat mengenyam pendidikan Diploma of Tropical Medicine & Hygiene di Mahidol University, Bangkok, Thailand.
“Betul banget, anakku jadi jarang sakit,” bilang Isma. “Dia itu batuk-pilek jarang banget. Kalaupun flu, sembuhnya cepet. Terus, makannya, alhamdulillah, enggak masalah.
