Jangan pernah menawarkan jenis pekerjaan “9 to 5” kepada generasi milenial. “Udah waktu kerjanya lama, harus tepat waktu pula, duitnya juga sedikit,” tukas Farel sebut saja begitu namanya. Yang terjadi, lelaki berusia 29 tahun itu malah jam kerjanya lebih dari 8 jam/hari.
Bahkan sering baru mulai kerja di siang hari dan tiba di rumah nyaris dini hari. “Tapi buat piknik sebulan sekali ke Bangkok, masih lebih nih gaji,” katanya ketawa lebar. Agak beda dengan Farel sebut saja nama teman kita ini, Nadhya.
Perempuan berputra satu ini pun meskipun dari Senin sampai Jumat sekitar 7 jam bercokol di kantor akuntan, setiap akhir pekan dia masih mengurusi pekerjaan sampingannya. Sudah hampir setahun ini dia jadi konsultan content marketing di satu perusahaan mutinasional.
“Soalnya umur 45 udah pengin ngaso. Sekarang ngumpulin duit yang banyak, buat nanti jalan-jalan keliling dunia,” ungkapnya, tergelak. Farel dan Nadhya adalah juga kita bagian dari generasi milenial. Yang demi mengejar karier pastinya juga duit banyak suka lupa, stres sering menghantui kita.
Tapi, apa betul profesi yang kita lakoni meskipun duitnya banyak tapi juga banyak stresnya? Peluang Depresi di Profesi Masa Kini. “Generasi milenial lebih menyukai lingkungan pekerjaan yang memiliki keinginan untuk mengikuti tren dan perkembangan saat ini, dan sesuai dengan karakter mereka yang berpikiran terbuka (open-minded), terkoneksi dengan sosial, multitasking, kreatif, confident, ambisius, adventurous, dan inovatif,” jelas Veronica Adesla, M.Psi. Psikolog dari Personal Growth.
