Tampilkan di aplikasi

Bijak bermedsos sudah tidak cukup

Tabloid NOVA - Edisi 1604
16 November 2018

Tabloid NOVA - Edisi 1604

Penelitian ilmiah mengatakan medsos bisa memicu depresi.

NOVA
Seperti bunyi lagu lawas: menggunakan medsos itu tak ubahnya tangan kanan memegang madu dan tangan kiri menggenggam racun. Lantas, yang mana akan kita berikan untuk “tubuh”? Jika madu kebaikan tentu menyenangkan. Tapi begitu racun keburukan—lain lagi kisahnya.

Dan disadari atau tidak, ternyata racun medsos bisa telah lama bersarang di tubuh dan pikiran kita. Betapa tidak. Coba ingatingat, dalam sehari berapa jam kita terbenam dalam Instagram, Twitter, Facebook, dan Youtube. Belum lagi WA kita yang tak pernah padam— bisa jadi selama 24 jam/hari.

Dan tiba-tiba di satu hari, suasana hati kita sungguh tidak nyaman. Itukah pertanda racun medsos mulai merusak batin kita? Eva Celia sempat merasakan kondisi semacam itu.

“Ya saya ngerasa bahwa saya salah satu orang yang kerjanya harus menggunakan media sosial, jadi saya tidak membatasi diri menggunakannya berapa lama, dan di saat itu (jenuh, red.) saat saya merasa sudah too much. Saya jadi lebih sering meng-compare diri saya dengan orang lain,” ungkap penyanyi yang putri Sophia Latjuba dan Indra Lesmana itu, awal Februari lalu.

Kondisi yang kurang lebih sama dialami juga oleh selebgram, Karin Novilda alias Awkarin. Dalam video pengakuannya di Youtube, Karin menyebut jika ia kerap mengunggah momen-momen di Instagram hanya demi likes dan komentar positif.

Namun ketika unggahannya tak sesuai ekspetasinya, Karin merasa sedih, stres, bahkan depresi. Oooh, sebegitu jahatnyakah racun medsos? Yang terjadi adalah saat orang main sosmed, dia akan membandingkan dirinya dengan orang-orang di sosmed, kemudian self esteem berkurang, yang tidak punya mental kuat jadi mengarah ke depresi, ” jelas psikolog Tara De Thouras.
Tabloid NOVA di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI