Sesungguhnya, tak seorang pun ibu yang berniat ngomong kasar pada sang buah hatinya. Namun tak bisa dimungkiri, untuk bisa sabar menghadapi tingkah laku anak yang terkadang ajaib itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Tidak pula semudah menerapkan teori yang ada di bukubuku parenting.
Padahal, begitu marah, kita tak hanya mencederai perasaan si kecil, tapi juga diri kita sendiri. Misal, jadi terbit perasaan bersalah— yang selanjutnya disusul kondisi yang tidak nyaman, sampai muncul perasaan tidak tenang. Kalau sudah begini, apa yang harus kita lakukan? Apalagi kalau bukan segera mungkin menghilangkan rasa tidak nyaman dan tak tenang. Yang kalau dibiarkan berlarut-larut, bisa memicu stres berkepanjangan.
Bermacam cara bisa kita lakukan. Bagi yang muslimah, berzikir seusai salat lima waktu bisa menjadi cara yang efektif. Termasuk juga berdoa dan melakukan meditasi dengan khusuk seperti tuntunan agama dan kepercayaan kita masing-masing. Cara lainnya, bisa juga dengan teknik rebooting program.
Teknik apa ini? “Kalau ibu sering melakukan rebooting program, dia akan berpikir lebih positif daripada menyimpan kekesalannya atau ketidaknyamanan dirinya terhadap kelakuan si anak yang puncaknya bisa meledak menjadi amarah yang tidak terkendali,” jelas Nunny Hersianna, Professional Neuro Linguistic Programming Life Coach.
“Teknik ini juga termasuk salah satu teknik mengolah emosi dan juga usaha mencegah labelling. Jadi kalau lebih tenang, apa yang keluar dari mulut si ibu juga akan lebih positif dan juga lebih bijaksana,” lanjutnya. Menurut Nunny, teknik relaksasi ini akan sangat membantu hubungan antara ibu dan anak. Sebab rasa tenang yang akan ibu terima dari hasil relaksasi ini akan berpengaruh pula pada sikap dalam menanggapi perilaku anak.
