Cerita dari sisi perempuan. Masyarakat kita mengenali perempuan sebagai makhluk yang mulia. Kenapa? Karena dari perempuanlah manusia dikandung dan dilahirkan. Perempuanlah yang mengasuh dan membentuk karakter generasi penerus bangsa. Perempuan itu hebat, perempuan itu mulia. Ini semacam #quotes yang beredar selama ini.
Namun, marilah tak menutup kuping dan mata. Kasus VA dan prostitusi online, istri Adi Firansyah yang terbawa-bawa pemberitaaan media karena adik almarhum Adi yang tertangkap acara TV kini menjadi juru parkir (karena kondisi finansial yang buruk, yang lalu membawa-bawa kejadian istri alm. yang menuntut warisan pada 7 hari meninggalnya Adi).
Belum lagi pria berseragam aparat dengan jumlah follower besar di Instagram yang mengimbau perempuan untuk tak keluar rumah karena pilihan bajunya bisa membuat dia rawan jadi korban perkosaan. Dan saya rasa kita masih segar dengan salah ucap Hengky Kurniawan dan inisiatif Sekolah Ibu yang dipromosikannya? Apa benang merah semua momen ini? Perempuan. Di banyak angle, perempuan dibingkai sebagai korban, bahkan penyebab masalah.
Lalu, kita sebagai perempuan yang katanya “mulia” ini bisa bilang apa? Sahabat NOVA, kita bisa (dan mampu) bilang STOP menyudutkan perempuan sebagai penyebab masalah. Penyebab tingginya perkosaan karena pilihan pakaian, penyebab adanya prostitusi online, penyebab para suami memilih berselingkuh, atau penyebab tingginya angka perceraian.
Caranya? Memang, mengubah mindset yang telah menjadi kebiasaan dan cenderung “membudaya” tak semudah membalik telapak tangan. Tapi, bukan berarti tak mungkin. Lewat pendidikan dasar di keluarga yang terus menerus dan konsisten, hal itu bisa saja terjadi. Namun, itu tentu harus bermula dari bagaimana kita memandang dan memosisikan diri: di keluarga, lingkungan, atau bahkan di bangsa ini.
Dengan kondisi yang sudah seperti sekarang, pemosisian diri ini haruslah lebih jelas dan tegas. Tak ada lagi ruang buat keragu-raguan. Tak peduli usia kita masih 20-an dan konon rentan terhadap quarter life crisis, atau 30, 40, atau 50-an. We have to do it NOW. Kita bukan objek. Kita bukan korban. Kita berdiri sejajar. Subjek yang punya hak serta kewajiban yang sama. Baik di mata agama, juga hukum yang berlaku di negara ini. Karena kita begitu mulia dan berharga sebagai individu, NOVA tak pernah bosan dan lelah untuk mengingatkan betapa pentingnya kita menjadi perempuan yang berani dan mandiri.