Waktu kecil, saya senang sekali menemani nenek belanja ke pasar tradisional setiap hari. Setiap jam 7 pagi kami bersiap berbekal tas keranjang dari rumah, lalu berangkat naik becak ke Pasar Cihapit di Bandung. Di sinilah saya melihat bagaimana bahan makanan disiapkan untuk pembeli, transaksi dan negosiasi, sampai seni bertukar sapa untuk menjalin kedekatan (yang suka bikin kita dapat harga lebih murah di kali berikutnya, ha!).
Dewasa ini, saya menjalani kebiasaan berbeda. Belanja paling tidak seminggu atau sebulan sekali ke supermarket. Bahan makanan sudah tersedia, siap ambil. Tidak ada negosiasi, apalagi pertukaran sapa karena harga sudah diketok final di label. Dan…saya mengandalkan kantong plastik yang disediakan di kasir. Masa berganti, kebiasaan pun berubah. Namun, beberapa tahun belakangan ada secuil hal yang berganti dari rutinitas belanja tadi. Saya sekeluarga jadi berusaha untuk selalu membawa tas belanja dari rumah. Seperti nenek.
Isu soal bahaya sampah plastik dan ajakan untuk menguranginya sudah ada sejak lama, dan saya sekeluarga tahu betul soal itu. Kami membaca artikel-artikel soal lingkungan beserta fakta-faktanya. Kami melihat video perut penyu yang tampak berisi kantong plastik karena ia menyangka itu ubur-ubur makanannya. Kami tahu kami harus mengurangi pemakaian plastik. Tapi baru saat belanja dan kantong plastik dihargai Rp200 di supermarket, barulah kami benar-benar menyadari, Ahh…Betul juga! Andai kata kebijakan itu tidak ada, kami mungkin tak akan merasa ‘ditampar’ untuk sungguh-sungguh mengubah kebiasaan. Masa berubah lagi nih, Sahabat NOVA.
Kali ini sudah waktunya benar-benar membuat semua rutinitas kita lebih ramah lingkungan. Kami punya banyak sekali tips mudah untuk pelan-pelan berubah di edisi khusus ini. Sungguh…tipsnya tidak sulit. Bahkan, menurut kami, semuanya bisa dipraktikkan selama bulan suci Ramadan. Momennya jadi pas banget, karena Sahabat NOVA bisa melakukannya bersama keluarga. Jadi selain puasa menahan hawa nafsu, kita berlatih puasa plastik juga, hehe. Perempuan NOVA adalah perempuan pembuat perubahan. Setuju, dong?