Siap Kerja Lagi Bagi saya, semua perempuan itu juara. Mau dia masih lajang dan tengah meniti karier, seorang working mom, atau ibu rumah tangga.
Masing-masing punya kesulitan berbeda. Sungguh luar biasa perempuan yang bisa melewati setiap rintangan sambil tetap mengutamakan kebahagiaan diri dan keluarganya.
(Belum lagi kondisi fisik yang harus kita jalani saat datang bulan, melahirkan, menyusui. Sudahlah, laki-laki tak akan mampu pahami, hehe.) Saya beruntung berada dalam lingkaran persahabatan puluhan tahun bersama 9 perempuan.
Beberapa sudah menikah dan punya anak. Ada yang tetap di rumah, ada pula yang kembali bekerja atau berusaha. Baru-baru ini, ada yang kembali bekerja setelah beberapa tahun memilih untuk tinggal di rumah membesarkan anak.
Keputusan yang butuh keberanian. Sebab pikiran yang muncul antara, Sudah lama vakum gini, masih bisa dapat kerjaan bagus enggak, ya? Atau, Nanti anakku akan baik-baik aja enggak, ya? Kemungkinan lain, Suamiku akan dukung atau enggak, ya?
Saat dia bimbang, apa yang kami lakukan sebagai sahabatnya? Tentu kami membantunya dengan hal-hal real yang mungkin terjadi. Tapi, (dan ini yang kami rasa penting), dia harus tetap kami dukung.
Apapun keputusannya, apapun keyakinan kami sebagai pribadi. Sampai sekarang, tak ada dari kami yang berkomentar dengan bumbu #sekedarmengingatkan saat ada yang memilih sepenuhnya di rumah demi keluarga.
Sebaliknya, tak ada pula yang mengecilkan peran ibu bekerja yang tak bisa setiap waktu hadir untuk anaknya. Kenapa? Sebab setiap kami melihat dan mendengar langsung bagaimana mereka bertimbang, bermimpi, dan berusaha mengatasi problemnya sehari-hari.
Sebagai sesama perempuan, paling tidak kita lebih tahu apa yang dialami perempuan lainnya. Dan harusnya jadi yang tercepat membantu juga menguatkan. Seperti cerita Acha, cover edisi ini. Setelah mengambil jeda untuk hadir demi anaknya, Acha memutuskan kembali bekerja.
Kami merasa Acha bisa jadi pengingat baik buat kita. Berkeluarga dan menikmati kehadiran anak penting, tapi tetap mandiri secara finansial dan mampu membuat keputusan sendiri sebagai seorang pribadi juga krusial.
Lalu, sahabat saya tadi bagaimana? Ah, dia bahagia kembali bekerja. Kedua anaknya juga tumbuh sehat, ceria, dan tetap bisa menikmati kasih sayang kedua orangtuanya.
Oh, dan tidak lupa, syukur alhamdulillah untuk si suami yang tahu kalau kebahagiaan sang istri adalah kunci kebahagiaan mereka sebagai pasangan dan keluarga. Klop! Salam hangat, Indira Dhian Saraswaty