Film Bumi Manusia termasuk yang ditunggu-tunggu tahun ini. Sebagian penasaran dengan akting Iqbaal Ramadhan jadi Minke, sebagian lagi pengin tahu bagaimana film adaptasi novel legendaris Pramoedya Ananta Toer ini divisualisasi.
Dalam film ini, Minke adalah pribumi yang ingin bebas, tak mau diperintah ataupun memerintah. Sosok manusia Indonesia yang menurut Pram setara, tak mau berjalan jongkok di hadapan orang Indonesia ataupun menghamba pada Eropa.
Minke jatuh cinta dengan Annelies, blasteran Belanda anak Nyai Ontosoroh. Karena perbedaan, kisah asmara mereka yang tragis terus diuji. Minke yang mengagumi pemikiran Nyai berjuang melawan keangkuhan dan penjajahan bangsa Belanda.
“Pram mencoba memberikan pemahaman tentang kebangsaan. Apa itu pribumi, apa itu ras dan perbedaannya, dan bagaimana kita sebagai bangsa Indonesia bisa duduk setara dengan bangsa-bangsa lain di dunia,” ungkap sang sutradara, Hanung Bramantyo kepada NOVA tempo hari.
Film berlatar tahun 1980 ini diakui Hanung sebagai film dengan tantangan terberat sepanjang dirinya berkarya. Apa saja tantangannya? Hanung buru-buru menjawab, “Bagaimana menghadirkan cerita yang sangat kompleks ini ke dalam layar, dengan kondisi yang sangat terbatas. Kondisi bujet, kita hanya membangun apa yang inti. Tidak hanya itu, tapi juga keterbatasan waktu.”
Hanung berusaha menggapai kalangan milenial dengan membalut cerita ini dengan sudut pandang love story. Hanung bilang, “Dengan hadirnya Mawar dan Iqbaal, kini kalangan milenial jadi tahu Pramoedya Ananta Toer dan bisa menikmati karyanya.” “Bagi saya, membuat film Bumi Manusia adalah sebuah pengabdian.
Sekarang saya bersyukur kalian bisa merayakan film ini dan ini poin buat saya. Saya enggak pernah bisa bayangkan karya Pram bisa dinikmati seperti sekarang,” tambah suami Zaskia Adya Mecca ini bangga.
