Olahraga lari belakangan banyak digemari. Alasannya mungkin sederhana. Karena lari bisa dibilang olahraga yang mudah, murah, dan menyenangkan. Kenapa dibilang mudah? Ya, karena, semua orang—yang tidak punya kelainan fisik—pasti bisa lari atau setidaknya joging. Soal kuat atau tidak, itu urusan lain.
Dibilang murah, karena kita bisa melakukannya di mana saja, tak harus sewa tempat dan menggunakan alat seperti olahraga lain seperti futsal, basket, atau fitness. Tapi, di mana menyenangkannya? Sekarang ini, kita bisa dengan mudahnya menemukan komunitas lari, lomba lari, dan berbagai kegiatan lari dengan berbagai tujuan, yang semuanya dikemas dalam kegiatan yang menyenangkan.
Sehingga kita bisa olahraga sekaligus bersosialisasi atau mencari teman baru. Tapi selain itu, ternyata bagi sebagian orang, berlari juga memberi kesempatan untuk menantang diri sendiri, menguatkan mental, mencari jati diri, bahkan bisa sambil menolong sesama. Karena saat ini cukup banyak kegiatan lari yang diadakan untuk tujuan amal. Bukankah hal itu bisa membawa kebahagiaan?
Tak Selalu Menyehatkan Olahraga lari memang banyak manfaatnya. Tapi, tahukah Anda kalau olahraga lari tak serta merta dibilang menyehatkan? Memang saat berlari hampir semua bagian tubuh kita bergerak, kita akan merasa capek dan berkeringat. Tapi itu tak menandakan tubuh kita sehat.
Menurut dokter kesehatan olahraga, dr. Michael Triangto, SpKO, orang yang berolahraga lari tak mesti jadi sehat. Karena harus dilihat dari tujuannya. “Apakah tujuannya untuk kesehatan, rekreasi, atau prestasi,” kata Michael kepada NOVA beberapa waktu lalu.
Tujuan yang diambil saat berolahraga lari akan berujung pada hasil yang didapat. Kalau tujuannya rekreasi, ya berolahraga lari hanya buat hiburan saja. Atau kalau tujuannya prestasi, tentu berharap medali atau hadiah.
Supaya dapat medali, biasanya orang akan berlatih sekeras mungkin. Bahkan bisa tak memedulikan kondisi tubuhnya. Sehingga tak memenuhi syarat untuk mencapai tubuh yang sehat.
