Tampilkan di aplikasi

Buku Nuansa Cendekia hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Alan Paton

Penentang Diskriminasi Rasial

1 Pembaca
Rp 25.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 75.000 13%
Rp 21.667 /orang
Rp 65.000

5 Pembaca
Rp 125.000 20%
Rp 20.000 /orang
Rp 100.000

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Alan Paton merupakan sosok yang lengkap: Ia adalah aktivis sosial, politik, sekaligus penulis termansyur. Ia berpolitik dan bekerja sosial, tetapi juga bersastra dan berkesenian. Alan Paton adalah sosok yang sangat gigih menentang diskriminasi rasial di Afrika Selatan. Afrika Selatan kala itu dikuasai oleh bangsa Eropa dan kaum kulit putih. Mereka memberlakukan politik Apartheid di mana kaum kulit putih menampati posisi dan hak-hak yang lebih tinggi daripada kaum kulit hitam (dan juga kaum kulit coklat).

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: M. Arief Hakim
Editor: Zakiyyatul A’immah

Penerbit: Nuansa Cendekia
ISBN: 9786023503490
Terbit: Februari 2016 , 69 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Alan Paton merupakan sosok yang lengkap: Ia adalah aktivis sosial, politik, sekaligus penulis termansyur. Ia berpolitik dan bekerja sosial, tetapi juga bersastra dan berkesenian. Alan Paton adalah sosok yang sangat gigih menentang diskriminasi rasial di Afrika Selatan. Afrika Selatan kala itu dikuasai oleh bangsa Eropa dan kaum kulit putih. Mereka memberlakukan politik Apartheid di mana kaum kulit putih menampati posisi dan hak-hak yang lebih tinggi daripada kaum kulit hitam (dan juga kaum kulit coklat).

Pendahuluan / Prolog

Pengantar
Alan Paton adalah sosok yang sangat gigih menentang diskriminasi rasial di Afrika Selatan. Afrika Selatan kala itu dikuasai oleh bangsa Eropa dan kaum kulit putih. Mereka memberlakukan politik Apartheid di mana kaum kulit putih menampati posisi dan hakhak yang lebih tinggi daripada kaum kulit hitam (dan juga kaum kulit coklat).

Politik Apartheid sangat rasis karena berangkat dari asumsi bahwa kaum kulit putih merupakan bangsa yang lebih unggul dan lebih mulia dibandingkan dengan kaum kulit hitam. Dalam versi lain bisa dikatakan bahwa ada diskriminasi antara “Orang Eropa” dan “Orang Bukan Eropa”. Orang Eropa dianggap lebih unggul dan mulia dibandingkan dengan orang non-Eropa.

Sebagai sosok yang dilahirkan dari keluarga kulit putih, Alan Paton bukan mendukung kebijaksanaan bangsa kulit putih yang mentahbiskan diri sebagai ras terpilih itu, melainkan justru melawannya dengan gagah berani. Paton mampu keluar dari bias ras kulit putih dan mengobarkan perlawanan terhadap diskriminasi rasial dan politik Apartheid.

Alan Paton merupakan sosok yang lengkap; ia adalah aktivis sosial, politik, sekaligus penulis termasyhur. Ia berpolitik dan bekerja sosial, tetapi juga bersastra juga berkesenian. Ia mampu meramu secara ideal antara wacana dan praksis sosial. Sosoknya yang mendunia menyulitkan pemerintahan Afrika Selatan yang dikendalikan penguasa kulit putih waktu itu untuk “melenyapkan” Alan Paton.

Alan Paton bukan sekadar merancang gerakan sosial-politiknya di lapangan, tetapi juga menopangnya dengan opini-opini yang gencar di media massa internasional. Meskipun bergelut dengan kerja-kerja praktis yang menyedot energi, Alan Paton juga masih sempat menggeluti sastra dan kesenian, serta berkreasi dengan estetika dan keindahan bahasa.

Meskipun mendapat intimidasi, teror, dan ancaman yang bertubi-tubi, Alan Paton tetap teguh dengan pendiriannya: melawan segala bentuk ketidakadilan, diskriminasi, dan kesewenang-wenangan. Paton adalah pejuang kemanusiaan yang sangat gigih memperjuangkan kesamaan derajat dan persaudaraan antarmanusia tanpa membedabedakan ras, warna kulit, jenis kelamin dan kepercayaannya.

Pengantar
Alan Paton adalah sosok yang sangat gigih menentang diskriminasi rasial di Afrika Selatan. Afrika Selatan kala itu dikuasai oleh bangsa Eropa dan kaum kulit putih. Mereka memberlakukan politik Apartheid di mana kaum kulit putih menampati posisi dan hakhak yang lebih tinggi daripada kaum kulit hitam (dan juga kaum kulit coklat).

Politik Apartheid sangat rasis karena berangkat dari asumsi bahwa kaum kulit putih merupakan bangsa yang lebih unggul dan lebih mulia dibandingkan dengan kaum kulit hitam. Dalam versi lain bisa dikatakan bahwa ada diskriminasi antara “Orang Eropa” dan “Orang Bukan Eropa”. Orang Eropa dianggap lebih unggul dan mulia dibandingkan dengan orang non-Eropa.

Sebagai sosok yang dilahirkan dari keluarga kulit putih, Alan Paton bukan mendukung kebijaksanaan bangsa kulit putih yang mentahbiskan diri sebagai ras terpilih itu, melainkan justru melawannya dengan gagah berani. Paton mampu keluar dari bias ras kulit putih dan mengobarkan perlawanan terhadap diskriminasi rasial dan politik Apartheid.

Alan Paton merupakan sosok yang lengkap; ia adalah aktivis sosial, politik, sekaligus penulis termasyhur. Ia berpolitik dan bekerja sosial, tetapi juga bersastra juga berkesenian. Ia mampu meramu secara ideal antara wacana dan praksis sosial. Sosoknya yang mendunia menyulitkan pemerintahan Afrika Selatan yang dikendalikan penguasa kulit putih waktu itu untuk “melenyapkan” Alan Paton.

Alan Paton bukan sekadar merancang gerakan sosial-politiknya di lapangan, tetapi juga menopangnya dengan opini-opini yang gencar di media massa internasional. Meskipun bergelut dengan kerja-kerja praktis yang menyedot energi, Alan Paton juga masih sempat menggeluti sastra dan kesenian, serta berkreasi dengan estetika dan keindahan bahasa.

Meskipun mendapat intimidasi, teror, dan ancaman yang bertubi-tubi, Alan Paton tetap teguh dengan pendiriannya: melawan segala bentuk ketidakadilan, diskriminasi, dan kesewenang-wenangan. Paton adalah pejuang kemanusiaan yang sangat gigih memperjuangkan kesamaan derajat dan persaudaraan antarmanusia tanpa membedabedakan ras, warna kulit, jenis kelamin dan kepercayaannya.

Pengantar
Alan Paton adalah sosok yang sangat gigih menentang diskriminasi rasial di Afrika Selatan. Afrika Selatan kala itu dikuasai oleh bangsa Eropa dan kaum kulit putih. Mereka memberlakukan politik Apartheid di mana kaum kulit putih menampati posisi dan hakhak yang lebih tinggi daripada kaum kulit hitam (dan juga kaum kulit coklat).

Politik Apartheid sangat rasis karena berangkat dari asumsi bahwa kaum kulit putih merupakan bangsa yang lebih unggul dan lebih mulia dibandingkan dengan kaum kulit hitam. Dalam versi lain bisa dikatakan bahwa ada diskriminasi antara “Orang Eropa” dan “Orang Bukan Eropa”. Orang Eropa dianggap lebih unggul dan mulia dibandingkan dengan orang non-Eropa.

Sebagai sosok yang dilahirkan dari keluarga kulit putih, Alan Paton bukan mendukung kebijaksanaan bangsa kulit putih yang mentahbiskan diri sebagai ras terpilih itu, melainkan justru melawannya dengan gagah berani. Paton mampu keluar dari bias ras kulit putih dan mengobarkan perlawanan terhadap diskriminasi rasial dan politik Apartheid.

Alan Paton merupakan sosok yang lengkap; ia adalah aktivis sosial, politik, sekaligus penulis termasyhur. Ia berpolitik dan bekerja sosial, tetapi juga bersastra juga berkesenian. Ia mampu meramu secara ideal antara wacana dan praksis sosial. Sosoknya yang mendunia menyulitkan pemerintahan Afrika Selatan yang dikendalikan penguasa kulit putih waktu itu untuk “melenyapkan” Alan Paton.

Alan Paton bukan sekadar merancang gerakan sosial-politiknya di lapangan, tetapi juga menopangnya dengan opini-opini yang gencar di media massa internasional. Meskipun bergelut dengan kerja-kerja praktis yang menyedot energi, Alan Paton juga masih sempat menggeluti sastra dan kesenian, serta berkreasi dengan estetika dan keindahan bahasa.

Meskipun mendapat intimidasi, teror, dan ancaman yang bertubi-tubi, Alan Paton tetap teguh dengan pendiriannya: melawan segala bentuk ketidakadilan, diskriminasi, dan kesewenang-wenangan. Paton adalah pejuang kemanusiaan yang sangat gigih memperjuangkan kesamaan derajat dan persaudaraan antarmanusia tanpa membedabedakan ras, warna kulit, jenis kelamin dan kepercayaannya.

Daftar Isi

Sampul
Daftar Isi
Pengantar
1  - Suku Bantu Versus Bangsa Boer
2 - Gerakan Apartheid
3 - Kemunculan Alan Paton
4 - Dari Penjara ke Sekolah
5 - Menerbitkan Buku Best Seller
6 - Menerbitkan Buku Kedua
7 - “Orang Eropa” dan “Bukan Eropa”
8 - Undang-Undang Apartheid
9 - Orang-Orang India Dipenjarakan
10 - Keunggulan Kaum Kulit Putih
11 - Menulis, Kerja Sosial, dan Berpolitik
12 - Membantu Kaum Kulit Hitam
13 - Alan Paton School
14 - Mengkritik Gereja yang Diskriminatif
15 - Kulit Hitam: Digusur dari Tanahnya Sendiri
16 - Penentang Apartheid Dipenjarakan
17 - Alan Paton Diseret Ke Pengadilan
18 - Kongres Rakyat Anti Diskriminasi
19 - Paton: Penyimpan Kata Hati Afrika Selatan
20 - Dari Politik Hingga Sastra
21 - Afrika yang Bergelora
22 - Damai, Adil dan Sederajat