Tantangan ekonomi 2017 bisa tertanggulangi. Syaratnya adalah pengandaian. Andai saja ekonomi tumbuh 6% (tahun lalu 5,3%). Untuk dapat tumbuh 6%, rasio investasi terhadap PDB harus di angka 37% (saat ini 32%); rasio tabungan terhadap PDB harus 34%, didukung defisit transaksi berjalan di level 3%.
Demikian antara lain formula yang disebut Chatib Basri, mantan Menkeu. Kemaruk berhutang, cerminan sikap lazy blood, juga kudu di rem. Hingga akhir 2016, total utang pemerintah pusat Rp3.466,96 triliun. Pembayaran cicilan utang sepanjang 2016 adalah Rp505,379 triliun, atau 105,22% dari pagu APBN.
Pembayaran pokok utang Rp322,611 triliun, dan pembayaran bunga utang Rp182,768. Lainnya, bancakan uang negara mesti direduksi, jika mustahil dihapus. Laman transparency.org (25/1) melansir daftar negara terkorup Asia Pasifik (dari 176 negara).
Di urutan pertama Korea Utara (skor: 12, peringkat global: 174 selanjutnya ditulis 12/174). Indonesia berada di posisi ke-13, hanya satu level di atas Timor Leste (35/101), dan lebih baik dari dua negara: Mongolia (38/87) dan Cina (40/79). Setahun bertarung di pasar bebas ASEAN (MEA), kita keteter—meski tak sepenuhnya jadi pecundang.
Hasrat mengakselerasi tumbuhnya lokoloko pebisnis startup sudah lama terdengar. Kuantitas kewirausahaan (enterpreneurship) ingin didongkrak dari 1,4% ke angka minimal 2%; ketika Singapura telah mencapai 7% dan Malaysia 5%. Naasnya, hasil sebuah penelitian baru-baru ini mengabarkan: dari 5 juta mahasiswa, 83% ingin jadi karyawan/PNS.
Di seberang sana, orang bicara kualitas: sifat pengusaha yang bertekad tinggi. Dibandingkan antara data kemudahan berbisnis (Ease of Doing Business) World Bank dan jumlah bisnis baru yang muncul per kapita pada 2016. Daftarnya dilansir di laman expertmarket.com (16/1/2017).
Urutannya (dari 8 ke 1): Bulgaria (peringkat kemudahan berbisnis: 82, jumlah bisnis baru per kapita: 14 selanjutnya ditulis 82/14); Antigua & Barbuda (124/38); Beliza (158/44); Brasil (175/48); Gabon (152/34); Timor Leste (145/25); Malta (132/3); Botswana (153/9).
Jangan tanya di mana posisi Indonesia. Padahal, negeri Zamrud Khatulistiwa ini bakal memperoleh bonus demografi pada 2030, puncaknya 2035. Bonus demografi adalah jumlah penduduk berusia produktif dalam persentase yang besar, dengan proporsi usia muda makin kecil dan usia lanjut belum banyak.
Seorang Tito Sulistio, Dirut Bursa Efek Indonesia, coba ambil inisiatif. Ia bantu memajukan industri startup. Programnya, dari menggodok kesiapan tarung mereka hingga mempertemukannya dengan pemilik modal. “Dari inkubator berkapasitas 50 orang itu akan dihasilkan 20 startup.
Setiap startup dikerjakan oleh 2-3 orang,” ujar Tito. Memang lebih baik memantik pelita alih-alih menyesali kegelapan. Meski ibarat kunang-kunang di malam gulita, alasan untuk optimistis tak sepenuhnya lampus. Toh di ujung lorong sana masih ada seberkas cahaya.
Salam,
Irsyad Muchtar