DI JANTUNG Republik, Matahari Department Store Pasaraya Blok M dan Manggarai tutup per akhir September 2017. Sebelumnya, 30 Juni, setelah 8 tahun beroperasi, total 190 gerai waralaba 7-Eleven (Sevel) mengibarkan bendera putih. Awal 2017, ada isu PT Charoen Pokphand Restu Indonesia bakal mengakuisisi. Nilainya konon Rp1 triliun. Namun, rencana tersebut urung terwujud.
Ritel Hypermart, segmen eceran dan grosir milik taipan Grup Lippo Mochtar Riady, bagian dari PT Matahari Putra Prima Tbk, merugi berat. Buntutnya, ribuan pekerjanya di seluruh Indonesia di-PHK. Sesuai prediksi Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia/ Aprindo, penjualan ritel sepanjang 2017 hanya tumbuh 5-6%, tahun lalu 9,2%. Ajaibnya, BI bilang pertumbuhan ritel justru membaik.
Bulan Juli, anak perusahaan MNC Group mem-PHK secara sepihak 300 pekerjanya. Manajemen Koran Sindo, di bawah PT Media Nusantara Informasi, menutup sejumlah biro daerah: Sumut, Sumsel, Jateng/DIY, Jatim, Jabar, Sulsel, dan Sulut. Masih di bawah holding MNC Group, PT Media Nusantara Informasi Global, penerbit Tabloid Genie dan Tabloid Mom and Kiddie, juga off sejak Juli 2017. Dari total 100 karyawan, sebanyak 42 orang di-PHK sepihak.
Kontrak kerja 90 karyawan MNC Channel juga distop. Waktunya berdekatan dengan PHK terhadap delapan karyawan media InewsTV. Di sebuah ujung tombak kawasan industri—Batam—dari 50 anggota asosiasi perusahaan galangan kapal (BSOA/ Batam Ahipyard Offshore Association), 20 perusahaan sudah berhenti produksi. Tersisa 2.500-an karyawan di industri galangan kapal.
Kondisi ini diperburuk oleh bengkaknya tarif jasa kepelabuhanan. Khususnya tarif labuh tambat. Padahal, Malaysia segera menerapkan tarif labuh tambat nol persen untuk kapal yang akan melakukan perbaikan. Hingga tahun 2000, para buruh dengan gampang berpindahpindah perusahaan. Kini, dengan pertumbuhan ekonomi 2,5%, bahkan perusahaan pionir di Batam tutup.
Lowongan kerja untuk 10 orang bisa diperebutkan ribuan orang. Itu terlihat nyata di Batamindo, misalnya. Disnaker Batam mencatat, Januari-Mei 2017, 34 perusahaan tutup, ribuan buruh di-PHK. Tak terhitung investor yang ngungsi investasi ke Vietnam atau Cina. Kasuistiskah itu? 17 indeks ekonomi, sosial, demokrasi, dan penyelenggaraan negara kita menempati peringkat nan sangat buruk.
Yakni, ICOR (incremental capital outflow ratio), IDSI (daya saing), IPMI (pembangunan manusia), IPKI (persepsi korupsi), IKI (kebahagiaan), IKNI (ketahanan nasional), GRI (gini ratio), IPLI (performa logistik), IPII (pembangunan infrastruktur), IKwI (kewirausahaan), IInI (inovasi), IPPI (pelayanan publik), IDI (demokrasi), PIKI (performa indeks konstruksi), IHPBBB (harga perdagangan besar bahan bangunan), IHPB (harga perdagangan besar), IKBI (kemudahan berusaha). Signal apa yang semestinya dibaca? Berpura-pura bahwa business as usual tak mengelabui siapa pun. Toh kita tak cuma sedang nyungsep, tapi voyage to the bottom of the sea.