Tampilkan di aplikasi

Perkebunan & teh ortodoks Kayu Aro

Majalah Peluang - Edisi 97
6 April 2018

Majalah Peluang - Edisi 97

Foto-fotonya muncul tak sesering perkebunan teh di Jawa Barat. Tapi, perkebunan teh ortodoks Kayu Aro, Jambi, membukukan dua rekor: tertua di Tanah Air, dan tertinggi kedua di dunia.

Peluang
PERKEBUNAN teh Kayu Aro bukan sekadar perkebunan teh biasa. Letaknya di Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Dikenal sebagai perkebunan teh ortodoks. Maksudnya, teh dari perkebunan Kayu Aro menjamin keamanan teh saat dikonsumsi karena memperhatikan prosedur pengolahan teh yang baik.

Prosesnya tidak ditambahkan bahan-bahan kimiawi ke dalam ramuan teh, baik bahan perasa, pengawet maupun pewarna. Teh ortodoks adalah nama lain untuk teh hitam. Inilah jenis teh yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Melebihi jenis teh lainnya yang kini diproses dan dikemas dengan canggih.

Perkebunan & Teh Ortodoks Kayu Aro Mengapa? Tak lain karena proses pengelolaannya (dipertahankan) konvesional, hampir tidak menggunakan teknik atau alat-alat modern. Untuk lebih menjaga kualitas teh hitam terbaiknya, para pekerja bahkan dilarang untuk menggunakan kosmetik ketika mengolah teh.

Terhampar di area seluas sekitar 2.500 hektare (tapi tertulis di booklet pariwisata Jambi seluas 3.020 hektare). Angka ini menjadikan Kayu Aro termasuk ke dalam kebun teh terluas di Indonesia. Berada di ketinggian 1.600 m dpl. Hanya satu peringkat di bawah Perkebunan Teh Darjeeling di India, Himalaya, yang ketinggiannya mencapai 4.000- an mdpl.

Maka, posisi Kayu Aro berada di peringkat dua dunia. Tapi, tentu saja, Perkebunan Teh Kayu Aro tetap hijau sepanjang tahun, berbeda dengan di Himalaya sana yang sering tertutup salju. Daun teh terpilih dipetik dengan menggunakan tangan. Tangan-tangan terampil ini membuat daun-daun teh muda tidak ikut tercabut.

Diolah secara sangat tradisional, tanpa intevensi bahan-bahan kimiawi. Semuanya untuk menghasilkan teh kualitas terbaik. Teh kelas premium sejak kwartal pertama abad silam. Tak heran bila, sejak era kolonial, daun teh dari Kayu Aro begitu digemari Ratu Belanda dan Ratu Inggris.
Majalah Peluang di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI