Tampilkan di aplikasi

Perang dagang, kini dan nanti

Majalah Peluang - Edisi 106
4 Januari 2019

Majalah Peluang - Edisi 106

Perkembangan perang dagang dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu perang dagang impor panel surya dan mesin cuci; perang dagang baja dan aluminium; dan perang dagang teknologi dan hak cipta.

Peluang
Isu perang dagang ekonomi banyak dibahas sepanjang 2018. Dituding inilah penyebab melemahnya nilai tukar sejumlah mata uang, termasuk rupiah. Kondisi perang dagang ini sebenarnya sudah diramalkan. Soalnya, Amerika Serikat, sebagai negara ekonomi utama dunia, dipimpin oleh Donald Trump yang berhaluan proteksionisme.

Trump meninjau ulang berbagai perjanjian perdagangan yang dianggapnya buruk karena menimbulkan defisit perdagangan yang besar. Negara-negara mitra dagang utama AS menjadi korban karena diterapkannya tarif tinggi. Khususnya Cina. Defisit neraca perdagangan AS pada 2017 mencapai US$862,2 miliar, dimana sekitar 45% disebabkan perdagangan dengan Cina. Hubungan dagang AS-Cina tercatat 46% dari total perdagangan dunia pada 2017.

Saling balas kebijakan penerapan tarif impor antara AS dan Cina telah mempengaruhi aliran perdagangan dunia, sekaligus berdampak ke perekonomian negara-negara berkembang. Dampak dan Strategi Tarif impor dari AS ke Cina memungkinkan untuk produk-produk Indonesia jadi lebih murah daripada produk AS yang akan diimpor ke Cina.

Perkembangan perang dagang dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu perang dagang impor panel surya dan mesin cuci; perang dagang baja dan aluminium; dan perang dagang teknologi dan hak cipta. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan kebijakan peningkatan tarif telah mengancam perdagangan internasional dan berpotensi menurunkan hingga tiga perempat persen pertumbuhan global pada 2020.
Majalah Peluang di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI