Trump-Xi
GONG perang dagang Amerika Serikat-Cina menggema setelah ditabuh Donald Trump, 22 Maret 2018. Presiden Amerika Serikat itu menuntut bea masuk US$50 miliar untuk barang-barang Tiongkok. Dalihnya, ‘praktik perdagangan tidak adil’ dan pencurian kekayaan intelektual yang merugikan AS sekitar US$600 miliar/tahun. Beijing membalas dengan menerapkan bea masuk untuk lebih dari 128 produk AS, termasuk kedelai.
Pada 6 Juli 2018, Trump terapkan bea masuk terhadap barang-barang Tiongkok senilai US$34 miliar. Tiongkok menyambut dengan tindakan serupa. “Kami bersedia menyelesaikan masalah ini melalui konsultasi dan kerja sama dalam sikap yang tenang dan dengan tegas menentang eskalasi perang perdagangan,” kata Wakil Perdana Menteri Liu He (26/8), yang juga penasihat ekonomi utama Presiden Xi Jinping Tidak ada negara yang akan diuntungkan dari perang dagang. “Kami percaya bahwa eskalasi perang dagang tidak menguntungkan bagi Cina, Amerika, atau untuk kepentingan rakyat dunia,” kata Liu. Perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia itu meningkat tajam pada hari Jumat. Kedua negara saling balas menaikkan tarif impor.
Melalui postingan di Twitter, Trump mengumumkan bea masuk tambahan untuk sekitar US$550 miliar barang Cina. Mendahului Cina yang akan mengenakan tarif impor pada US$75 miliar barang AS. Lebih lanjut, Trump menegaskan ancamannya dengan meminta perusahaan AS meninggalkan Cina. Menkeu AS, Steven Mnuchin, mengatakan Trump dapat memerintahkan demikian berdasarkan UU Kekuatan Ekonomi Darurat Internasional, jika ia menyatakan keadaan darurat nasional.
Menanggapi hal ini, Liu justru menyebut, “Kami menyambut perusahaan dari seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat, untuk berinvestasi dan beroperasi di Cina. Kami akan terus menciptakan lingkungan investasi yang baik, melindungi hak kekayaan intelektual, mempromosikan pengembangan industri cerdas dengan pasar terbuka, dengan tegas menentang blokade teknologi dan proteksionisme, dan berusaha melindungi kelengkapan rantai pasokan”.
Namun, surat kabar The Global Times yang diterbitkan oleh media People’s Daily milik Partai Komunis yang berkuasa, mengkritik pernyataan Trump. Perusahaan AS dipersilakan berinvestasi dan beroperasi di pasar Cina. Tetapi jika mereka ingin mematuhi perintah Trump dan bergabung dengan perang dagang Washington, hasilnya suram. Keputusan untuk melepaskan pasar Cina, terutama perusahaan mobil, hanyalah bunuh diri,” tulis The Global Times dalam editorialnya.
Esensi adu otot dan adu ngotot Amerika-Cina adalah perang. Tak hanya tarif, tapi lebih mendalam. Lebih fundamental. Misalnya, pencurian HAKI, fatsal subsidi, hingga persaingan yang tidak fair. Pasar jadi up and down 1,5 tahun terakhir, dan (tampaknya) betot-betotan antara keduanya akan terjadi dalam waktu yang lama. Apa arti eksibisionisme ego dua negeri adidaya ekonomi dunia itu bagi Indonesia? Simpel saja: gajah bertarung sama gajah, pelanduk mati di tengah-tengah.
Salam, Irsyad Muchtar