BuzzeRp
Ekonom senior Kwik Kian Gie kecewa dan mengeluh. Tentang peliknya bernalar di era ini. “Saya belum pernah setakut saat ini mengemukakan pendapat yang berbeda dengan maksud baik memberi alternatif. Langsung saja di-buzzer habis-habisan, masalah pribadi diodal-adil. Zaman Pak Harto saya diberi kolom sangat longgar oleh Kompas. Kritik-kritik tajam. Tidak sekalipun ada masalah,” katanya melalui cuitan di Twitter @kiangiekwik.
Unggahan ketakutan Kwik Kian Gie diamini Susi Pudjiastuti. “I’m with Pak Kwik,” sambut mantan Menteri KKP, di akun Twitternya. Cuitan Kwik juga diapresiasi Wakil Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid. Dalam akun Facebook-nya, HNW menulis, “Turut prihatin Pak. Padahal semuanya juga tahu beda era Orba dan era Reformasi”.
Buzzer politik (cyber troops) di Indonesia, berdasarkan riset Oxford University, bekerja untuk politikus dan swasta. Imbalannya Rp1 juta hingga Rp5 juta sesuai kasta mereka: rendah, menengah, tinggi. Jika diperbandingkan, memang belum separah yang terjadi di Israel dan Amerika Serikat. Di Israel, manipulasi media sosial dilakukan bahkan oleh 3 (tiga) organisasi pemerintah dan organisasi masyarakat sipil.
Di Amerika Serikat pun idem. Lebih dari tiga organisasi pemerintah dan swasta yang bergiat menggarap manipulasi medsos. Dua organisasi politikus dan parpol juga melakukannya. Di negara jiran, Malaysia, manipuasi medsos dilakoni oleh dua organisasi dari kubu pemerintah, politikus parpol, dan swasta, satu organisasi sipil dan satu influencer.
Kenapa memakai buzzeRp? Untuk nutupi kegagalan ekonomi. Pasalnya, keadaan di 2021 akan lebih berantakan. Defisit makin melebar. PDB merosot. Utang pemerintah yang kian bengkak terhadap PDB pun sudah menyimpang dari normanorma standar. BI diminta membeli surat utang negara di pasar perdana. Nilainya Rp1.000 triliun lebih. “Ini tabu, melanggar prinsip moneter, dan berpotensi korupsi. Kebijakan ini dicela internasional mengakibatkan mata uang Indonesia bermasalah dalam pandangan asing,” tutur Salamuddin Daeng.
Rezim eksisting tak mampu membuat rupiah benar-benar bisa berdaulat di negeri sendiri. “Tiga pelaku yang membuat rupiah lemah. yakni korporasi swasta, BUMN, dan pemerintah,” ujar Ichsanuddin Noorsy. Akibatnya, market risk (risiko pasar) tidak pernah di atas 5 persen. Artinya, situasi kesejahteraan ekonomi sudah gawat. Hasrat pemerintah membuat stabil ekonomi dengan pinjaman mustahil berhasil.
Roadmap mengatasi pandemi dan krisis menuai penolakan dari publik nasional dan internasional. Contohnya UU Minerba, UU Omnibuslaw, UU No. 2/2020 yang disorot dan kena kritik tajam dari komunitas global. Korupsi menjadi isu utama kalangan asing yang menilai kebijakan penanganan krisis justru diperalat oligarki untuk korupsi. Duh! Apa kasus dana bansos (Rp5,9 triliun) tak cukup mencoreng muka? Apa iya rentetan blunder ekonomi tertanggulangi dengan suara uncivilized para influencer, buzzeRp, bahkan PSK?
Salam,
Irsyad Muchtar