Jebakan
Seyampang tren excellent 1980 dan 1990 tak terganjal krisis moneter 1997-1998, Indonesia sudah tergolong negara maju. Pihak asing, kata Dr. Mahathir Muhammad, sengaja menjatuhkan Soeharto. Ekonomi Indonesia terjerembab ke negara berpendapatan kelas rendah (lagi). Sempat pulih ke negara berpendapatan kelas menengah pada 2002. Lalu terjebak di situ hingga kini.
Pendapatan kelas rendah ukurannya GNI per kapita. Sebuah negara disebut low income jika memiliki GNI/kapita US$1.035; lower middle income US$1.036—US$4.045; upper middle income US$4.046–US$12.535; dan high income di atas US$12.535. Ambang jebakan pendapatan kelas menengah (middle income trap) itu dikuantifikasi pada angka US$4.000. Jepang, Korsel, Taiwan, dan Cina berhasil melepaskan diri dengan capaian GNI/kapita di atas US$12.500.
Mengapa terjebak? Penyebabnya banyak. Sebut saja dukungan kapasitas manusia dan infrastruktur yang lemah (utamanya industri manufaktur), kurang mampu membangun kemandirian, lambannya transformasi ekonomi, ketahanan pangan, hingga jaminan perlindungan sosial, birokrasi, dan penegakan hukum.
Korsel awalnya juga tekstil. Kemudian masuk elektronik dan mesin. Dalam proses itu mereka meninggalkan sebagian tekstil menuju elektronik. Thailand dari tekstil sangat cepat ke elektronik dan meninggalkan tekstil, Malaysia dan Cina juga. “Tapi Indonesia pangsa tekstil hingga saat ini masih mendominasi. Ini menunjukkan transformasi tidak secepat di tempat lain," kata Direktur Growth Lab Harvard, Prof. Ricardo Hausmann.
Peluang Indonesia terkait kekayaan alam yang melimpah. Di antaranya nikel. Di tengah upaya dunia melakukan dekarbonisasi, industri baterai Indonesia bisa sangat potensial. "Produksi nikel di seluruh dunia akan tumbuh hingga 200 persen, ini merupakan input penting bagi produksi baterai di Indonesia," kata Hausmann.
Nikel tidak boleh hanya digali dan dijual mentah. Kita harus punya pabrik pengolahan dan menguasai teknologinya. Tingkatkan kompleksitas produk nikel mulai dengan feronikel, "kata Bambang Brodjonegoro. Produk nikel paling kompleks. Bisa diolah jadi stainless steel. (Memproduksi) stainless steel menunjukkan Indonesia bisa improve basic metal. Untuk jadi negara maju, Indonesia butuh industri logam dasar yang kuat," katanya.
Cuma, meningkatkan nilai tambah produk tambang di dalam negeri sungguh pekerjaan besar dan berat. Kita tidak punya product development yang basisnya perlu dukungan R&D yang kuat. Ini pun masih harus diimbangi dengan upaya penguatan product branding. "Jepang, Swedia, tapi kenapa Uniqlo, H&M dinikmati anak muda meski mahal? Karena mereka punya branding dan product development yang bagus," kata Bambang.
Di sektor agrikultur, sebagian besar petani kita yang tergolong petani gurem miskin (low income peasant) musykil menjadi motor pertumbuhan ekonomi. Untuk bisa jadi motor pertumbuhan, pertama-tama kita harus bisa mendorong mereka bertransformasi dari petani gurem (peasant) menjadi petani (farmer), lalu bertransformasi menjadi wiratani (agripreneur) atau wirausahawan di bidang agribisnis.
Salam,
Irsyad Muchtar