Tampilkan di aplikasi

Unjuk rasa Hong Kong berawal dari media sosial

Majalah Portonews - Edisi 07/2019
3 Juli 2019

Majalah Portonews - Edisi 07/2019

Mahasiswa Emerson College Boston, Frances Hui, membuat tulisan yang mendorong anak muda Hong Kong berdemonstrasi. / Foto : twitter.com

Portonews
Unjuk rasa di Hong Kong pada Juni lalu meningkatkan ketegangan antara negara kota itu dan Cina. Aksi massa ini juga mengisi pemberitaan utama hampir semua media di seluruh dunia. Warga Hong Kong turun ke jalan untuk menolak rancangan undang-undang ekstradisi ke Cina.

Demonstrasi besar-besaran tersebut berawal dari sebuah tulisan mahasiswa Hong Kong yang menuntut ilmu di Amerika Serikat. “Saya berasal dari kota yang dimiliki oleh sebuah negara yang bukan negara saya.” Demikian kalimat pembuka tulisan karya Frances Hui. Mahasiswa Emerson College Boston berusia 19 tahun itu menulis karya ilmiahnya dengan judul “I am from Hong Kong, not China” (Saya asal Hong Kong, bukan Cina).

Tidak lama setelah tulisannya diungkah ke media sosial pada April 2019, media sosial Hui kebanjiran komentar. Dia menerima dukungan berlimpah, termasuk dari Joshua Wong, salah satu aktivis mahasiswa ternama Hong Kong. Tidak semua orang mendukung tulisan Hui. Kritisi yang tidak sedikit disampaikan pelajar dan mahasiswa asal Cina yang belajar di Emerson.

Salah satu hater menyebut Hui “tidak peduli dan sombong”. Ada juga yang mengatakan bahwa Hui dan orang tuanya seharusnya malu. Netizen lain mengingatkan Hui bahwa dia dan keluarganya menikmati pasokan listrik dan air bersih dari Cina. “Tapi sekarang kamu mengklaim sebagai orang Hong Kong, bukan orang Cina?” tanya sang netizen.

Ada yang menyampaikan protes dengan kalimat yang lebih keras: “Semua orang yang menyinggung Cina akan dieksekusi, di mana pun mereka berada.” Kalimat tersebut diambil dari buku sejarah Cina kuno yang berusia lebih dari 2.000 tahun. Setelah dikutip dalam film laga populer nasionalis Cina pada 2017, kalimat itu sering dikutip oleh netizen Cina ketika negaranya diserang.

“Saya panik setelah melihat komentar tersebut,” kata Hui seperti dikutip BBC. Serangan terhadap Hui terjadi di dunia maya dan dunia nyata. Di media sosial, dia disebut “kecil dan lemah”. Di kampus, Hui dijauhi oleh mahasiswa asal Cina.
Majalah Portonews di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI