Harapan di Bisnis Syariah dan Migas
Pembaca yang budiman, dalam edisi Maret 2020 ini, ada yang berbeda ingin kami tampilkan di majalah PORTONEWS ini. Laporan khusus dan liputan utama. Keduanya mengulas hal berbeda namun masih dalam satu koridor yakni ekonomi. Untuk laporan khusus sengaja kami menampilkan bagaimana Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengungkapkan cita-cita dirinya sebagai penguasa di otoritas migas, terutama di hulu migas, adalah upaya meningkatkan produksi menjadi satu juta barel oil per day melalui institusi yang dipimpinnya.
Dwi beralasan berdasarkan data referensi oil and gas Indonesia,ditemukan ada 128 cekungan gas. Kemudian dicek mana yang sudah dilakukan eksplorasi, ternyata baru 54 yang dieksplorasi dan dari 54 itu baru 20 cekungan yang sudah produksi. Maka sesungguhnya potensi ini besar. Dwi bercerita,pertengahan Januari kemarin, SKK baru saja meluncurkan one door service policy. Ini juga bagian bagaimana memudahkan para KKKS para investor untuk berurusan dengan dunia oil and gas Indonesia.
Dengan lima transformasi tadi, maka SKK Migas harus merubah dirinya untuk bisa menjadi red carpet bagi investor. SKK Migas bukan lagi mempermudah investor tapi juga menjemput investor. Itulah sekelumit ulasan tentang liputan khusus. Untuk liputan utama, mengungkapkan betapa bisnis syariah masih menjanjikan di Indonesia. Diperoleh data berdasarkan survei pada 2015, bahwa orang Islam Indonesia membelanjakan uangnya untuk keperluan sebagai berikut, makanan halal sebesar US$190, 4 miliar Untuk kosmetik halal sebesar 7,4 persen, farmasi dan obat-obat halal, dan fashion halal.
Sedangkan data secara global pada 2019, dari industri halal food, volumenya sebesar US$1,3 triliun. Halal fashion US$270 miliar. Halal media US$270 milar. Halal travel US$177 miliar. Kosmetik dan farmasi halal US$270 miliar. Halal finance US$2,4 triliun. Animo masyarakat terhadap ekonomi dan keuangan syariah besar sekali. Ini dibuktikan dengan jumlah nasabah bank syariah pada 2019 nyaris menembus 20 persen dari total nasabah bank seluruh Indonesia. Memang dari sesi aset baru 6,0 persen, karena bank-bank syariah masih dalam skala kecil.
Seiring dengan fenomena kelas menengah Muslim (motor penggerak ekonomi syariah) mulai naik tingkat ke kelas yang lebih atas, makin besar pula komitmennya untuk lebih berkontribusi membesarkan industri ekonomi dan keuangan syariah. Dari artikel yang kami sajikan di edisi Maret ini, ada satu benang merah yang terlihat jelas yakni geliat bisnis di negeri ini masih ada. Pebisnis masih menaruh kepercayaan berinvestasi di negeri ini. Meminjam judul sebuah film, “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini,” seperti itulah harapan yang menjadi asa. Semua yang diungkapkan oleh para nara sumber, bukanlah sekedar harapan belaka, pernyataan belaka tanpa ada wujud nyata.
Ketika SKK Migas menabur asa mencapai 1 juta barel per hari, maka Indonesia menanti pencapaian tersebut. Betapa banyak uang akan masuk ke pundi-pundi kas negara, saat aliran deras minyak dan gas memburat dari perut bumi Indonesia. Membawa keberkahan bagi anak cucu negeri ini. Ketika bisnis syariah bisa hidup di alam demokrasi dan tidak kalah bersaing dengan bisnis konvensional, maka betapa banyak peluang anak bangsa bisa bekerja dengan tenang. Akan banyak tercipta lapangan pekerjaan dari bisnis syariah itu. Bangsa ini musti bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT untuk segala kekayaan alam dan lancarnya perekonomian di negeri ini.