Makan Siang dan Susu Gratis, Entaskan Kemiskinan?
Mengentaskan kemiskinan dengan program makan siang dan susu gratis untuk 82 juta anak Indonesia. Inilah program yang diusung oleh Capres-Cawapres Prabowo-Gibran. Untuk memenuhi janji tersebut, Prabowo akan mengimpor 1,5 – 2 juta sapi perah dari Brazil dan India. Bahkan dibutuhkan Rp400 triliun per tahun untuk memenuhi janji kampanyenya. Dana sebesar itu tentu diambil dari APBN atau utang? Bila dari utang, tentu beban bunga akan semakin memberatikan. Yang pasti, mustahil diambil dari kantong pribadi Prabowo dan Gibran.
Sebagai gambaran, APBN tahun 2024 dipatok Rp2.802,3 triliun, Belanja Negara Rp3.325,1 triliun dan defisit Rp522,8 triliun. Adapun belanja prioritas 2024 antara lain pendidikan Rp665 triliun, Perlindungan Sosial Rp496,8 triliun, Kesehatan Rp187,5 triliun, infrastruktur Rp423,4 triliun, Ketahanan Pangan Rp114,3 triliun, Hukum dan Hankam Rp331,9 triliun serta IKN Rp40,6 triliun.
Jika program makan siang dan susu gratis menelan anggaran hingga Rp400 triliun, maka dipastikan nilai pos tersebut lebih tinggi dibandingkan pos anggaran untuk kesehatan sebesar Rp187,5 tiliun dan Ketahanan Pangan Rp114,3 triliun, Hukum dan Hankam Rp331,9 triliun.
Pertanyaan lanjutan adalah apakah APBN sanggup menebus program makan siang dan susu gratis berbiaya jumbo tersebut? Tapi bila cara ini yang ditempuh, tentu hal ini akan menyedot likuiditas perbankan domestik dan kata Bhima hal itu akan sangat berbahaya. Demikian ungkap Pengamat Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira.
Aspek lain adalah bagaimana pengadaan makan siang dan susu gratis serta potensi pembengkakan anggaran karena disparitas harga bahan pangan di Indonesia Timur dan Indonesia Barat tidak kecil. Disamping itu potensi terjadinya inflasi harga pangan karena ada perebutan pasokan.
Program susu gratis ini pun bertolak belakang dari semangat nasionalisme ekonomi yang digaungkan Prabowo sendiri. Sebab Prabowo justru akan mengimpor 1,5 – 2 juta sapi. Impor sapi akan menggerus peternak sapi perah lokal.
Sebagai informasi, menurut data Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, jumlah sapi perah di Indonesia mencapai 592.897 ekor. Dari data tersebut, sejatinya yang dilakukan adalah melakukan kebijakan pemberdayaan dan proteksi para petani sapi perah lokal daripada mengambil jalan pintas; mengimpor sapi perah.
Sebab, alih-alih mengurangi ketergantungan impor, kebijakan itu justru akan mengarah pada bertambahnya beban impor. Jadi, program ini sebenarnya menguntungkan para peternak sapi di Brazil dan India.Ironisnya, mematikan peternak sapi perah lokal.
Dengan ungkapan lain, program makan siang dan susu gratis yang diusung Prabowo-Gibran selain tidak realistis, boro-boro akan mengurangi apalagi menghapus kemiskinan. Justru yang terjadi sebaliknya. Menambah jumlah orang miskin dan meng-kaya-kan orang asing lewat kebijakan impor sapi perah dari Brazil dan India.
Sofyan Badrie