Tiba-tiba saya teringat tragedi perekonomian di Indonesia tahun 1998 lampau. Nilai tukar rupiah yang melemah, membuat harga-harga melambung, sementara banyak usaha yang tumbang, dan banyak orang kehilangan lapangan pekerjaan. Suasana terasa lesu.
Sebenarnya situasi saat ini tidak jauh berbeda dengan waktu itu. Hanya saja kini kita sudah lebih berpengalaman melewati masa-masa sulit seperti itu. Ibarat orang yang sudah kesekian kali terkena musibah, cenderung lebih tabah.
Tak banyak yang bisa kita lakukan di kondisi seperti ini. Berhemat, sudah tentu. Tapi berhemat saja tidak cukup. Mau sampai kapan kita berhemat? Mau sampai di batas mana kita berhemat?
Semestinya ada hal lain yang lebih menyenangkan yang dapat kita lakukan selain berhemat. Misalnya mencoba untuk membuka usaha kecil-kecilan sesuai hobi atau keahlian. Yang suka masak menjual makanan, yang senang menjahit menjual pakaian bayi, misalnya. Nyatanya, ada banyak kreativitas yang dapat muncul dari kondisi yang menghimpit.
Dalam urusan mempercantik rumah, kita dapat melakukan banyak hal dengan barang-barang bekas yang ada di sekitar kita— entah barang bekas di rumah, barang bekas yang bisa kita minta tanpa biaya, atau barang tak terpakai yang bisa kita beli dengan harga sangat miring. Lalu kita gali kreativitas kita, sehingga kita bisa mengangkat derajat si barang bekas tersebut menjadi barang yang bermanfaat. Bahkan lebih dari itu, barang tersebut bisa menjadi barang yang sangat bernilai tinggi.
Di edisi ini, RUMAH memberikan ide, inspirasi, sekaligus panduan membuat barang-barang-unik dari benda yang sudah tak terpakai. Semoga sajian ini dapat menggugah rasa seni Anda, dan membuat Anda terpacu berkreasi.