Tampilkan di aplikasi

Abu Qilabah, mengajarkan kesabaran dan kesyukuran menjalani hidup

Majalah Rumah Zakat - Edisi 51
6 Desember 2017

Majalah Rumah Zakat - Edisi 51

Pak tua terus menyebut kenikmatan Allah atas dirinya satu-persatu.

Rumah Zakat
Suatu ketika, aku jalan-jalan di padang pasir dan tersesat tidak bisa pulang. Di sana kutemukan sebuah kemah lawas, di dalamnya ada seorang tua, ternyata orang ini kedua tangannya buntung, matanya buta, dan sebatang kara. Kulihat bibirnya mengucapkan beberapa kalimat.

Akupun mendekat untuk mendengar ucapannya, dan ternyata ia mengulang-ulang kalimat berikut: “Segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas banyak manusia.”

Kuperhatikan keadaannya lebih jauh, ternyata sebagian besar panca inderanya tak berfungsi. Kedua tangannya buntung, matanya buta, dan ia tidak memiliki siapapun. Aku mendekatinya, dan ia merasakan kehadiranku. Lalu ia bertanya: “Siapa?”

“Assalamualaikum, aku seorang yang tersesat dan mendapatkan kemah ini. Kamu sendiri siapa? Mengapa kau sendirian? Di mana istri dan anakmu?” tanyaku. “Aku seorang yang sakit, semua orang meninggalkanku, dan kebanyakan keluargaku telah meninggal,” jawabnya “Kenapa kau mengulang-ngulang perkataan segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas banyak manusia? Apa kelebihan yang diberikan-Nya kepadamu, sedangkan keadaan kau seperti ini?” ucapku.

“Aku akan menceritakannya kepadamu, tapi aku punya satu permintaan, maukah kamu mengabulkannya?” tanyanya. “Jawab dulu pertanyaanku, baru aku akan mengabulkan permintaanmu,” kataku.

“Engkau telah melihat sendiri betapa banyak cobaan Allah atasku, akan tetapi segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas banyak manusia. Bukankah Allah memberiku akal sehat, yang dengannya aku bisa berpikir?”
Majalah Rumah Zakat di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Edisi lainnya    Baca Gratis
DARI EDISI INI