Kegemarannya menyantap takoyaki membuat Rima Maisa (24) sangat tertarik untuk membuatnya sendiri. Bahkan akhirnya memulai bisnis takoyakinya mulai tahun 2014 lalu. “Dulu di Cimahi tahun 2010, belum ada penjual takoyaki di Cimahi. Kalau sedang ingin makan, harus ke mal di Bandung,” tuturnya memulai perbincangan. Namun kendala jarak yang jauh membuat Rima berpikir dua kali jika harus sering jajan. “Jadi saya berusaha untuk belajar membuatnya sendiri,” jelas perempuan ramah ini.
Modofikasi Resep Di zaman serba canggih seperti ini, belajar memasak pun tak lagi begitu sulit. Rima pun menelusuri resep dan cara membuat takoyaki melalui internet. Begitu banyak resep takoyaki yang ia temukan. Namun ia memilih untuk melihat versi aslinya dari channel youtube Jepang. “Ternyata resep asli di Jepang menggunakan tepung yam, yaitu sejenis ubi di Jepang,” paparnya. Tak putus asa, Rima pun berusaha membuat adonan dengan bahan-bahan yang ada di Indonesia dengan kombinasi terigu, telur, dan sagu. “Seharusnya tepung yam yang memberikan efek kenyal dan lembut, saya akali dengan memadukan komposisi terigu, telur, sagu, dan kaldu ikan,” jelasnya.
Butuh waktu lama baginya untuk menemukan adonan takoyaki sesuai keinginannya. Di setiap libur akhir pekan terus mencoba membuat adonan takoyaki yang enak. “Ya, terkadang terlalu padat dan keras, ada juga yang lembek tidak bisa berbentuk bulat. Tapi saya senang karena bisa berkumpul sambil makan takoyaki buatan saya,” urainya. Ia juga kerap mengajak teman dan tetangga berkumpul untuk mencicipi takoyaki dan mendapatkan masukan. Untuk membuat takoyaki ini, Rima pun harus berbelanja ke sebuah supermarket di daerah Setiabudhi Bandung yang menjual bahan-bahan takoyaki. “Selain bahannya cukup mahal, jaraknya juga lumayan jauh dari rumah saya. Jadi perjuangannya lumayan berat. Khususnya saya harus membeli saus tonkatsu dan ikan serut katsuobushi untuk toping takoyaki,” kisahnya.
