Tampilkan di aplikasi

Bireun, nanggroe Aceh Darussalam "dahsyatnya rasa sate matang hingga kari bebek

Tabloid Saji - Edisi 352
25 April 2016

Tabloid Saji - Edisi 352

Sejak memisahkan diri dari Kabupaten Aceh Utara, perkembangan Kota Bireuen kian terasa. Budaya kulinernya pun tumbuh pesat. Namun makanan tradisionalnya yang khas, tetap bertahan tak tergusur zaman. Seperti sate matang dan mi kocok Geurugok, kari bebek, hingga kedai kopi.

Saji
Sate Apa Leh Geurugok, Sate matang daging sapi ini disajikan dengan kuah soto berisi jeroan sapi, bumbu kacang, dan sepiring nasi. “Masyarakat Aceh tak suka lontong, jadi sate disajikan dengan nasi. Orang Aceh juga tak biasa makan nasi kering, maka dibuatlah soto,” papar Saleh, pemilik sate yang cukup legendaris Saleh menggunakan daging sapi segar yang dibumbui agar juicy, beraroma, dan gurih. ”Hampir semua bumbu rempah saya pakai agar dagingnya lebih gurih dan wangi,” papar Apa Leh, sapaan Saleh.

Bumbunya dihaluskan, terdiri dari bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, lengkuas, merica, ketumbar, kapulaga, gula merah, dan kecap manis. Sebagai sausnya, siraman bumbu kacang. Terbuat dari kacang tanah tumbuk kasar yang dimasak bersama bumbu rempah, santan kental, kecap manis, dan gula merah Sotonya, dibuat dengan santan encer dan kaldu sapi dengan isi jeroan sapi dan tulang sapi. “Tiap hari kami potong satu ekor sapi. Semua bagian daging tak ada yang terbuang,” imbuh Saleh. Warung sate Apa Leh yang buka pada pukul 20.00 hingga 04.00 pagi ini tak pernah sepi pengunjung. Seporsi satenya seharga Rp 30 ribu.

Mie Kocok Geurugok, Tak mudah untuk mendapatkan seporsi mi kocok Geurugok. Begitu warung mi kocok ini dibuka pukul 14.00, pembeli langsung menyerbu, bahkan mau sabar mengantre untuk menikmatinya. Mamat, pewaris warung mi kocok legendaris ini mengatakan, sang ayah (alm.) M. Nur, sudah memulai usaha sejak 50 tahun lalu. Mi kocok Geurugok menggunakan jenis mi kuning yang dibuat sendiri, dari tepung terigu dan telur bebek. Warnanya agak pucat sebab tak pakai zat pewarna. “Teknik pembuatan mi diwariskan dari Ayah,” papar Mamat.

Ketika dipesan, mi diseduh kuah mendidih lalu ditata di atas piring, diberi taoge, suiran daging ayam kampung, dan disiram kuah kaldu kental. Di atasnya diberi taburan bawang goreng, potongan kentang rebus, daun seledri, dan sambal cabai Kuah kentalnya terbuat dari kaldu udang, tulang ayam, dan sedikit tepung kanji.
Tabloid Saji di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI