Kehebohan soal jengkol ini ternyata dimulai oleh sosok Fathoni (47), yang membuka usaha bersama kedua temannya. “Sebenarnya Republik Jengkol sudah saya rintis kira-kira 4 tahun lalu. Tapi ekspose di zaman digital ini memang luar biasa ketika saya membuka cabang di Cijantung,” papar pria ramah ini. Saat berkunjung ke lokasi Republik Jengkol di kawasan Cijantung, Jakarta Timur, aroma jengkol yang sedang dimasak langsung menguar, meskipun tipis-tipis saja.
“Jengkol sudah kami olah dengan cara khusus, sehingga teksturnya empuk, dan aromanya tidak terlalu kuat. Dijamin nyaman menyantap olahan jengkol di Republik Jengkol,” jelas Fathoni, sang koki sekaligus pemilik kedai. Ada banyak menu berbahan jengkol yang tertera pada buku menu. Sebut saja soto, tongseng, balado, rendang, nasi goreng, mi goreng, lada hitam, jengkol sambal ijo, hingga kopi. Harganya pun tergolong bersahabat, mulai Rp 10 ribu – Rp 24 ribu saja per porsi. Soto jengkol misalnya, Fathoni menggunakan soto betawi sebagai dasar sajian ini. Semangkuk soto berkuah santan putih tersaji panas. Di dalamnya ada kombinasi daging sapi dan potongan jengkol nan melimpah.
Irisan tomat dan daun bawang menambah kesegarannya. Juga jeruk nipis dan sambal sebagai pelengkap sajian unik ini. Tekstur jengkolnya terasa pulen dan empuk. Rasa jengkolnya tebal, dengan aroma jengkol yang tak terlalu menyengat. Lain lagi dengan rendang jengkolnya. Olahan rendang ala Fathoni tidak menganut rendang Sumatera Barat yang berbumbu pekat dan padat, melainkan rendang racikannya sendiri.
