Halo Sajiers, Sebagai orang yang berdarah Sunda, saya ingin sedikit berbagi mengenai apa yang saya ketahui dari budaya keluarga. Budaya ini mungkin juga dimiliki suku lain, seperti Jawa. Yang saya bicarakan adalah “pupuh”. Pupuh, karya sastra atau puisi lisan tradisional Sunda yang berisi wejangan bijak. Biasanya disampaikan untuk mewakili suatu peristiwa yang sedang terjadi.
Ada banyak pupuh mengandung wejangan, yang sangat relevan dengan kehidupan kita. Salah satu pupuh yang saya ketahui adalah Asmarandana. Setelah membaca kembali pupuh ini, rasanya sangat relevan dengan kondisi saat ini, di mana sebagai bangsa kita menjadi mudah terpecah belah hanya karena satu isu yang disampaikan dengan cara tak terpuji.
Pupuh Asmarandana seolah ingin mengingatkan kembali kepada kita semua, bangsa Indonesia, mengenai pentingnya welas asih (rasa sayang/cinta) terhadap sesama, yang harus kita pelihara, kita jaga. Agar Sajiers mengerti artinya, saya lengkapi pupuh asli dalam bahasa Sunda dengan artinya dalam bahasa Indonesia.
Pupuh Asmarandana
Eling-eling mangka eling (Sadar-sadar, maka sadarlah) Rumingkang di bumi alam (Hidup di muka bumi/dunia) Darma wawayangan bae (Sekadar melakoni peran saja) Raga taya pangawasa (Raga tak memiliki kuasa) Lamun kasasar lampah (Jika (hidup) salah arah/tersesat) Nafsu nu matak kaduhung ((Akibat) nafsu yang membuat menyesal) Badan anu katempuhan (Tubuhlah yang akan menanggungnya) Eling-eling masing eling (Sadar-sadar, meski sadar) Di dunya urang ngumbara (Di dunia kita hanya mengembara) Laku lampah nu utama ((Jaga) perilaku yang utama) Asih ka papada jalma (Sayang ke sesama manusia) Ucap tekad reujeung lampah ((Jaga) Kata-kata dan sikap) Tingkah polah sing merenah (Berperilakulah yang baik) Runtut rukun sauyunan (Selalu rukun bersama) Hirup jucung panggih jeung kamulyaan (Maka hidup akan bertemu kemuliaan) Salam.
Intan Y. Septiani Editor in Chief