Ikhtisar
Terkadang dalam perenungan, saya berpikir apakah di surga nanti masih ada isu gender dan ketidakadilan gender di dalamnya? Sama seperti perenungan saya sebelumnya bahwa ketika Nabi Adam diturunkan ke bumi dan hanya ditemani oleh Siti Hawa, apakah isu gender sudah ada? Barangkali pertanyaan yang kedua lebih mudah dicari jawabannya karena gender pada hakikatnya adalah “buah karya” dari konstruksi sosial dan sistem sosial. Jika di dunia ini hanya berisi dua insan, yakni Nabi Adam dan Siti Hawa, secara logika sederhana isu gender belum lahir.
Lantas bagaimana dengan di surga nanti, di mana ada banyak manusia-manusia saleh dan salehah yang diizinkan oleh Tuhan menghuni Surga-Nya. Banyaknya manusia tersebut barangkali juga akan membentuk kelompok-kelompok, membentuk konstruksi sosial, dan sistem sosialnya masing-masing. Di samping itu, ketika konstruksi sosial dan sistem sosial sudah terbangun, tidak menutup kemungkinan isu gender akan kembali muncul yang besar kemungkinan pula akan kembali melahirkan ketidakadilan gender. Jika memang demikian, lantas apa bedanya surga yang diharapkan oleh semua umat manusia yang dijanjikan Tuhan dengan segala keindahan dan kenikmatan di dalamnya, tetapi masih ada jenis kelamin atau gender tertentu yang masih diperlakukan secara tidak adil.
Buku ini lahir atas tujuan memberikan pemahaman dan pembelajaran bagaimana sistem masyarakat dan budaya menciptakan sistem yang tidak adil gender serta bagaimana sikap dan perilaku manusia dipengaruhi oleh sistem berbasis gender yang tidak adil. Harapannya adalah agar para pembaca termasuk mahasiswa mampu memahami gender berdasarkan pada perspektif psikologi serta dapat memahami pola perubahan sikap dan perilaku manusia yang dipengaruhinya sehingga muncul kesadaran baru yang sifatnya konstruktif. Lebih jauh, semoga buku ini mampu menggugah banyak pembaca untuk memahami bahwa ada sesuatu yang salah dalam konstruksi sosial kita dan perlu diperbaiki menjadi sebuah sistem yang adil untuk semua umat manusia. Selamat membaca dan mendapatkan pencerahan dan kesadaran baru.
Ulasan Editorial
Salah satu tematik tentang modernitas adalah perjuangan untuk menuntut kesamaan perlakuan dalam kehidupan sosial. Realitas di kehidupan riil masih banyak kita temukan pembedaan perlakuan dan sikap terhadap entitas, baik individu maupun kelompok masyarakat. Perbedaan perlakuan bahkan terjadi berdasarkan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan. Hal inilah yang melatarbelakangi mengapa studi tentang gender tumbuh dan berkembang dalam beberapa dekade terakhir. Gerakan emansipasi menuntut kesamaan perlakuan juga ikut andil menumbuhkembangkan studi, penelitian, seminar, konferensi, kajian, dan bahkan program studi yang khusus membahas tentang persoalan-persoalan gender.
Saat ini, studi dan penelitian ilmiah tentang gender sangat beragam terkait dengan tema yang dibahas. Sejumlah pendekatan, konsep, teori, dan bahkan metode penelitian tentang gender telah dipublikasikan. Ruang lingkup penelitian juga tidak terbatas pada fenomena gender di negara berkembang dan suku pedalaman, tetapi juga merambah pada masyarakat perkotaan dan realitas kehidupan masyarakat modern. Kemenarikan tema gender oleh para akademisi terlihat dari bagaimana bidang peneliti-peneliti dari studi keilmuan seperti sosiologi, manajemen, filsafat, antropologi, hukum, dan komunikasi ikut menyuburkan studi tentang gender. Tidak mengherankan apabila studi tentang gender bersifat multidisipliner dan kaya akan perspektif bahasan.
Buku ini memberikan gambaran kepada kita bagaimana diskursus tentang gender dianalisis menggunakan kerangka analisis psikologi. Harus kita akui bahwa tidak banyak buku di Indonesia yang membahas tentang gender dari sudut pandang psikologi dan buku ini berkontribusi pada pengayaan pembahasan gender dari perspektif psikologi. Menggunakan perspektif psikologi untuk mengamati persoalan gender sangat menantang dan tentunya tidak sederhana. Untuk hal ini, saya sangat mengapresiasi Saudara Haris Herdiansyah sebagai penulis yang telah berhasil menggunakan perspektif psikologi dalam menjelaskan fenomena diskursus tentang gender. Buku ini ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh banyak kalangan termasuk mahasiswa, peneliti, pemerhati, ataupun masyarakat awam tentang persoalan gender. Topik yang dibahas sangat komprehensif mulai dari stereotip, sikap, aspek budaya dan gender, estetika kecantikan, teori pembelajaran dalam diskursus gender, keluarga dan gender, serta sekolah dan lingkungan terdekat terhadap persoalan gender di masyarakat. Keragaman topik bahasan membuat buku ini layak untuk dibaca bagi semua pihak yang ingin mendalami persoalan dan perkembangan gender di masyarakat.
Saya ucapkan selamat sekali lagi kepada Saudara Penulis yang juga menjabat sebagai Ketua Program Studi S-1 Psikologi di Universitas Paramadina atas terbitnya buku ini. Saya berkeyakinan dengan hadirnya buku ini akan mendorong lebih banyak lagi studi-studi tentang gender dari pespektif psikologi di Indonesia. Selain itu juga, pemahaman kita yang lebih baik tentang aspek gender akan membuat tatanan dan interaksi sosial masyarakat di Indonesia menjadi lebih baik lagi di kemudian hari
Rektor Universitas Paramadina
/
Prof. Firmanzah., Ph.D.
Pendahuluan / Prolog
Gender & Ketidakadilan Gender
Membahas dan merenungkan mengenai gender maka akan terpikirkan bahwa apakah nanti di Surga masih ada isu gender dan ketidakadilan gender? Apakah isu gender sudah ada ketika Nabi Adam diturunkan ke bumi dan hanya ditemani oleh Hawa? Barangkali, pertanyaan yang kedua lebih mudah dicari jawabannya karena gender pada hakikatnya adalah “buah karya” dari konstruksi sosial dan sistem sosial. Jika di dunia ini hanya berisi dua insan, yaitu Nabi Adam dan Siti Hawa, maka secara logika sederhana isu gender belum lahir.
Dalam sistem sosial dunia ini, banyak manusia yang (akan) membentuk kelompok-kelompok, membentuk konstruksi sosial, dan sistem sosialnya masing-masing. Ketika konstruksi sosial dan sistem sosial sudah terbangun, isu gender muncul dan melahirkan ketidakadilan gender. Mengingat renungan di atas maka lantas bagaimana dengan di surga nanti? Sebagai makhluk Tuhan, kita harus yakin bawah Tuhan Mahabesar. Hanya Tuhanlah satu-satunya yang berhak berkuasa dan mendominasi. Dengan kebesaran-Nya, isu gender dan ketidakadilan gender dapat dengan mudah dihilangkan dari surga. Manusia yang berada di dalam surga mungkin tidak ada keinginan untuk mendiskriminasikan satu gender tertentu untuk kepentingan gender lainnya karena di dalamnya hanya diisi oleh orang-orang saleh yang berhati mulia. Kekuasaan tidak lagi menjadi “mata uang” yang dapat digunakan untuk mendominasi gender tertentu.
...
Ketika seorang anak manusia dilahirkan ke dunia, dunia sudah dipenuhi dengan serangkaian sistem sosial, aturan, budaya, dan nilai-nilai sosial kemasyarakatan. Sistem tersebut sudah bekerja bahkan sejak anak tersebut belum dilahirkan ke dunia. Selain itu, satu hal yang menentukan anak masuk ke dalam rangkaian sistem tersebut adalah jenis kelaminnya. Sebuah organ yang menempel di antara selangkangan kaki di mana anak tersebut tidak pernah diberi kebebasan untuk memilih, dijadikan sebagai penentu dirinya masuk ke dalam sistem yang mana beserta seluruh konsekuensinya.
Hal yang menjadi pertanyaan adalah apakah sistem tersebut memperlakukan setiap jenis kelamin secara adil? Jawabannya adalah tidak semua sistem berlaku adil. Bahkan bisa saya katakan hampir semua sistem berlaku tidak adil dan perempuan adalah jenis kelamin yang sering kali mendapatkan ketidakadilan, baik secara sistem sosial, aturan sosial, budaya, maupun nilai-nilai sosial kemasyarakatan. Bagaikan katak yang lahir dan hidup dalam kolam kecil, katak tersebut merasa bahwa dunia adalah sebatas kolam tersebut sehingga segala sistem yang sudah berjalan di kolam tersebut dianggapnya sebagai hal yang benar dan memang demikian adanya. Perempuan sebagai gender yang dinomorduakan sering kali kehilangan hak-haknya untuk berkembang dan menjadi setara dengan laki-laki.
Hal yang lebih parah adalah ketidakadilan gender tersebut memang sengaja diciptakan dan dilanggengkan secara sistematis dan kultural sehingga sangat kuat mencengkeram dan sulit melepaskan diri dari cengkeraman tersebut. Kondisi yang lebih menyedihkan adalah ketika perempuan tersebut tidak memahami dan tidak menyadari bahwa dunia ini memperlakukannya secara tidak adil. Salah satu cara untuk memberikan pemahaman dan penyadaran adalah melalui pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal. Pendidikan mampu menembus ruang-ruang kesadaran personal dan menggugahnya menjadi sebuah kesadaran publik dan kesadaran lingkungan yang pada akhirnya mampu mendorong lahirnya perubahan sikap dan perubahan perilaku.
Buku ini lahir sebagai salah satu referensi yang bertujuan untuk memberikan pemahaman dan pembelajaran bagaimana sistem masyarakat dan budaya menciptakan sistem yang tidak adil gender dan bagaimana sikap dan perilaku manusia dipengaruhi oleh sistem berbasis gender yang tidak adil. Harapannya adalah agar para pembaca mampu memahami gender berdasarkan pada perspektif psikologi serta dapat memahami pola perubahan sikap dan perilaku manusia yang dipengaruhinya sehingga muncul kesadaran baru yang sifatnya konstruktif. Lebih jauh, semoga buku ini mampu menggugah banyak pembaca untuk memahami bahwa ada sesuatu yang salah dalam konstruksi sosial kita dan perlu diperbaiki menjadi sebuah sistem yang adil untuk semua umat manusia.
Penulis
Haris Herdiansyah - Lahir di Bogor pada 23 Februari 1980. Alumnus Fakultas Psikologi, melanjutkan strata duanya di Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan bidang peminatan Psikologi Klinis. Pernah berprofesi sebagai dosen dan Ketua Program Studi Psikologi Universitas Paramadina, Jakarta, penulis kini berprofesi sebagai dosen tetap pada Faculty of Humanity, President University.
Penulis mengajar mata kuliah terkait dengan Psikologi, Metodologi Penelitian, Statistika, Entrepreneurship, dan lainnya. Selain menekuni hobi menulis, penulis juga aktif melakukan penelitian, baik penelitian kualitatif maupun penelitian kuantitatif. Penulis juga memiliki ketertarikan dalam gerakan-gerakan antikorupsi yang pada saat ini diwujudkan dalam bentuk riset-riset dan artikel-artikel bertemakan antikorupsi.
Beberapa buku yang telah diterbitkan oleh penulis:
1. Metode Penelitian Kualitatif—Seni dalam Memahami Fenomena Sosial (2009)
2. Metodologi Penelitian Kualitatif—Untuk Ilmu-Ilmu Sosial (2010)
3. Wawancara, Observasi, dan Focus Group sebagai Instrumen Penggalian Data Kualitatif (2013)
4. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Psikologi (2015)
5. Metodologi Penelitian Kualitatif—Untuk Ilmu-Ilmu Sosial Edisi 2 (2019)
Penulis dapat dihubungi melalui alamat e-mail di haris.herdiansyah@gmail.com.
Daftar Isi
Sampul depan
Tentang Penulis
Sambutan Rektor Universitas Paramadina
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab 1: Pendahuluan
Seks dan Gender sebuah Pemahaman Dasar
Ketidakadilan Gender Berakar dari Perbedaan Gender
Marginalisasi
Subordinasi
Stereotip
Kekerasan
Beban Kerja yang Tidak Imbang
Simpulan
Pertanyaan-Pertanyaan Tinjauan
Bab 2: Peran Jenis Kelamin, Peran Gender, dan Stereotip Gender
Tabel: Perbandingan Antara Peran Jenis Kelamin, Gender, & Stereotip Gender
Simpulan
Pertanyaan-Pertanyaan Tinjauan
Bab 3: Perkembangan Gender
Sejak Kapan Gender Muncul dan Menempel pada Diri Individu?
Gender dan Masa Kanak-Kanak
Pemisahan Gender sebagai Sebuah Mekanisme Klasik Pembelajaran Gender
Simpulan
Pertanyaan-Pertanyaan Tinjauan
Bab 4: Gender, Masyarakat, dan Budaya
Dongeng, Mitos, Takhayul sebagai Sarana Pelanggengan Ketidakadilan Gender
Ke Mana para Perempuan?
Simpulan
Pertanyaan-Pertanyaan Tinjauan
Bab 5: Sikap dan Gender
Sikap terhadap Laki-Laki dan Perempuan
Ideologi Gender Tradisional
Ideologi Gender Egaliter
Ideologi Gender Transisional
Komponen Afektif dalam Sikap terhadap Gender
Seksisme Tradisional
Seksisme Modern
Hostile Sexism
Benevolent Sexism
Komponen Kognitif dalam Sikap terhadap Gender
Komponen Deskriptif
Komponen Preskriptif
Pengaruh Stereotip Peran Gender
Dapatkah Stereotip Diubah?
Lebih Mudah Mengubah Stereotip yang Sifatnya Jelas Ketimbang yang Ambigu
Lebih Mudah Mengubah Stereotip Positif Ketimbang Stereotip Negatif
Lebih Mudah Mengubah Stereotip oleh Individu yang secara Sosial Memenuhi Peran Gender
Komponen Konatif/Perilaku dalam Sikap terhadap Gender
Simpulan
Pertanyaan-Pertanyaan Tinjauan
Bab 6: Perkembangan Gender Berdasarkan pada Perspektif Psikoanalisis
Konsep dan Pemikiran Origin tentang Gender dalam Pemikiran Psikoanalisis
Oedipus Complex
Electra Complex
Fase-Fase Perkembangan Psikoseksual
Gender sebagai Salah Satu Penyebab Gangguan Mental
Perspektif Psikoanalisis Kontemporer dalam Memandang Perkembangan Gender
Teori Relasi Objek (Object Relation Theory)
Kritik terhadap Teori Psikonanalisis dalam Perspektif Gender
Simpulan
Pertanyaan-Pertanyaan Tinjauan
Bab 7: Perkembangan Gender dalam Perspektif Teori-Teori Pembelajaran (Learning Theories)
Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory)
Reinforcement sebagai Salah Satu Sarana Pembelajaran Gender
Pembelajaran Gender Melalui Imitasi dan Observasi
Benarkah bahwa Anak Hanya Akan Melakukan Imitasi terhadap Jenis Kelamin yang Sama terhadap Dirinya?
Simpulan
Pertanyaan-Pertanyaan Tinjauan
Bab 8: Pengaruh Keluarga dalam Perkembangan Gender
Jenis dan Pengaruh Pengasuhan Orangtua terhadap Perkembangan Gender Anak
Bagaimana Orangtua Membentuk Dunia Gender bagi Anak (Perlakuan yang Diterapkan dalam Pola
Channeling/Shaping)
Pemberian Nama Anak Laki-Laki dan Anak Perempuan
Dukungan Orangtua Sangat Memengaruhi Minat Anak
Interaksi Orangtua kepada Anak
Model dalam Pembelajaran Gender
Model Transaksional
Gambar: Perbedaan Perlakukan antara Anak Lelaki & Perempuan
Model Interaksional
Bagaimana Konstruksi Sosial terhadap Gender Terbentuk
Perbedaan Ekspresi Emosi sebagai Hal yang Diajarkan oleh Orangtua kepada Anak
Sopan Santun, Etika, dan Perilaku Prososial yang Diajarkan Orangtua kepada Anak
Disiplin sebagai Pendidikan yang (Seharusnya) Bebas Gender
Perilaku Ayah dan Ibu sebagai Pembelajaran Modeling atau Imitasi
Belajar Merupakan Konsep yang “Membingungkan” bagi Anak: Adakah Orangtua Berperan sebagai Model dalam Pembelajaran Anak?
Keluarga Tradisional versus Nontradisional, Mana yang Lebih Baik Pengaruhnya?
Simpulan
Pertanyaan-Pertanyaan Tinjauan
Bab 9: Pengaruh Sekolah dalam Perkembangan Gender
Siswa Laki-Laki dan Siswa Perempuan: Siapa yang Lebih Baik dalam Hal Prestasi Akademik?
Benarkah Anak Perempuan Dianggap Lebih Unggul dalam Hal Prestasi Akademik?
Kesempatan Menyelesaikan Sekolah Menengah dan Melanjutkan ke Pendidikan Tinggi (Universitas)
Perbedaan Perilaku Anak Laki-Laki dan Perempuan di Sekolah
Apakah Perlakuan Guru di Sekolah Membentuk Pola Perilaku Siswa Laki-Laki dan Perempuan yang Berbeda?
Perbedaan Perlakuan Guru pada Tingkat Sekolah Menengah
The Nice Girl
The Girlies
The Spice Girl
The Tomboy
Mengenai Hukuman (Punishment) dan Pujian (Reward) Guru di Sekolah Dasar dan Menengah
Dampak Perlakuan yang Berbeda terhadap Siswa
Beberapa Pemikiran Mengenai Adil Gender di Lingkungan Sekolah
Simpulan
Pertanyaan-Pertanyaan Tinjauan
Bab 10: Pengaruh Teman Sebaya dalam Perkembangan Gender
“Anda Adalah dengan Siapa Anda Berteman”
Perbedaan Karakteristik Kelompok Teman Sebaya Antara Anak Laki-Laki dan Anak Perempuan
Mengapa Anak Perempuan Lebih Sering “Curhat”?
Konflik yang Terjadi dalam Kelompok
Pola Persahabatan Antara Kelompok Anak Laki-Laki dan Anak Perempuan
Memasuki Fase Remaja dan Awal Berpacaran
Ketertarikan dan Daya Tarik terhadap Lawan Jenis
Apakah Pola Pertemanan pada Masa Kanak-Kanak Dapat Terbawa dan Memengaruhi Pola Pertemanan Fase Dewasa?
Adanya Kebutuhan Dukungan Emosional
Adanya Kebutuhan untuk Memahami Pasangan Berdasarkan Perspektif Teman yang Berlawanan Jenis Kelamin
Sebagai Media untuk Mencari Pasangan
Sebagai Media untuk Dinilai dan Dipahami
Hubungan Antara Pola Pertemanan Masa Kanak-Kanak dengan Hubungan Pernikahan
Hubungan Antara Pola Pertemanan Masa Kanak-Kanak dengan Pemilihan Disiplin Keilmuan dalam Pendidikan Formal dan Juga pada Jenis Pekerjaan/Karier
Simpulan
Pertanyaan-Pertanyaan Tinjauan
Bab 11: Cantik: Anugerah atau Hegemoni Laki-Laki?
Leher
Gambar: Ilustrasi, Pebalet (Ballerina)
Gambar: Kalung Logam, Suku Padang, Birma/Burma Timur
Kaki
Gambar: Kaki "Golden Lotus"
Gambar: Sepatu Khas Cina Kuno untuk Kaki "Golden Lotus"
Gambar: Sepatu Modern Perempuan Masa Kini
Gambar: Bagian Kaki Rawan Cedera Saat Menggunakan Sepatu Modern dengan Heel Tinggi
Bibir
Gambar: Bibir Perempuan Suku Surma & Mersi, Etiopia
Pinggul
Gambar: Ilustrasi Pinggul Perempuan pada Era Ratu Victoria
Payudara
Rambut
Gambar: Rambut, Salah Satu Simbol Kefeminiman
Kulit
Simpulan
Pertanyaan-Pertanyaan Tinjauan
Bab 12: Perkembangan Studi Mengenai Gender dalam Ilmu Psikologi
Pionir Perkembangan Psikologi Gender dalam Ilmu Psikologi
Laki-Laki dan Perempuan, Mengapa Ada Perbedaan di Antara Mereka?
Apakah Laki-Laki dan Perempuan Berbeda dalam Hal Kepribadian?
Apakah Agresi Hanya Milik Laki-Laki?
Baik Hati, Empati, dan Gemar Menolong Apakah Hanya Milik Cinderella (Perempuan)?
Siapa yang Lebih Bermoral, Perempuan atau Laki-Laki?
Simpulan
Pertanyaan-Pertanyaan Tinjauan
Daftar Pustaka
Indeks
Sampul belakang