Tampilkan di aplikasi

Buku Salemba Empat hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Evolusi Kebudayaan

Perspektif Darwinian tentang Kondisi Sosial Budaya Manusia

1 Pembaca
Rp 79.900 31%
Rp 55.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 165.000 13%
Rp 47.667 /orang
Rp 143.000

5 Pembaca
Rp 275.000 20%
Rp 44.000 /orang
Rp 220.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.

Hubungi penerbit
Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital.

myedisi library

Pada tahun 1749, Jean Jacques Rousseau memenangkan kontes penulisan esai yang diselenggarakan oleh Academy of Dijon mengenai masalah Apakah kemajuan ilmu dan seni telah menyumbang pada perbaikan (improvement) atau justru perusakan (corruption) perilaku manusia? Jawaban Rousseau telak: (perusakan!). Akan tetapi, Rousseau tidak mendasarkan pendapatnya tersebut pada pikiran teologi, melainkan memahaminya dari sudut pandang antropologi, yaitu mengenai kenaturalan hidup manusia (Robert B. Pippin, Daedalus, musim panas, 2009, terutama soal konsep normativitas). Artinya, bagi Rousseau, ilmu telah menghalangi relasi natural manusia dengan alam dan karena halangan itu pengetahuan manusia memburuk.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Eko Wijayanto

Penerbit: Salemba Empat
ISBN: 9786021232125
Terbit: Juni 2010 , 146 Halaman










Ikhtisar

Pada tahun 1749, Jean Jacques Rousseau memenangkan kontes penulisan esai yang diselenggarakan oleh Academy of Dijon mengenai masalah Apakah kemajuan ilmu dan seni telah menyumbang pada perbaikan (improvement) atau justru perusakan (corruption) perilaku manusia? Jawaban Rousseau telak: (perusakan!). Akan tetapi, Rousseau tidak mendasarkan pendapatnya tersebut pada pikiran teologi, melainkan memahaminya dari sudut pandang antropologi, yaitu mengenai kenaturalan hidup manusia (Robert B. Pippin, Daedalus, musim panas, 2009, terutama soal konsep normativitas). Artinya, bagi Rousseau, ilmu telah menghalangi relasi natural manusia dengan alam dan karena halangan itu pengetahuan manusia memburuk.

Pendahuluan / Prolog

PENDAHULUAN
Pada tahun 1749, Jean Jacques Rousseau memenangkan kontes penulisan esai yang diselenggarakan oleh Academy of Dijon mengenai masalah “Apakah kemajuan ilmu dan seni telah menyumbang pada perbaikan (improvement) atau justru perusakan (corruption) perilaku manusia?” Jawaban Rousseau telak: “perusakan!”. Akan tetapi, Rousseau tidak mendasarkan pendapatnya tersebut pada pikiran teologi, melainkan memahaminya dari sudut pandang antropologi, yaitu mengenai kenaturalan hidup manusia (Robert B. Pippin, Daedalus, musim panas, 2009, terutama soal konsep normativitas). Artinya, bagi Rousseau, ilmu telah menghalangi relasi natural manusia dengan alam dan karena halangan itu pengetahuan manusia memburuk.

Romantisisme Rousseau tersebut memperlihatkan suatu cara analisis kebudayaan, yaitu bahwa evaluasi kemanusiaan hendaknya dilakukan berdasarkan rasio kontemporer dan bukan melalui fasilitas doktrin-doktrin teologi. Rousseau memang mendasarkan evaluasi kemanusiaan tersebut pada suatu “normativitas”, tetapi bukan pada normativitas metafisis, melainkan pada normativitas sosiologis. Ia berpendapat bahwa ilmu telah melemahkan kemampuan manusia untuk hidup harmonis dengan alam dan karenanya,kemampuan etik manusia makin merosot. Rousseau mendasarkan analisisnya pada suatu konsep kebudayaan yang sekuler. Artinya, otonomi manusialah yang seharusnya menjadi ukuran penghargaan kebudayaan, dan bukan citacita teologisnya.

Jawaban Rousseau ini tentu agak menjengkelkan golongan agama karena antipatinya pada ilmu tidak berlanjut menjadi pemihakannya terhadap teologi.

Padahal, suasana kebatinan pada masa itu dikuasai oleh pikiran-pikiran teologi yang masih berupaya menghalangi kemajuan ilmu karena dianggap dapat berujung pada penihilan peran agama.

Jadi, nampaknya kalangan agama hanya dipuaskan separuh oleh jawaban Rousseau, yaitu bahwa ilmu telah merongrong kemanusiaan, tetapi kemanusiaan itu sendiri tidak ia terangkan dalam konsep-konsep teologi.

Penulis

Eko Wijayanto - Eko Wijayanto, M.Hum.

Lahir di Karanganyar, Surakarta pada tanggal 10 September 1973. Beliau meraih gelar sarjananya untuk Fakultas Hukum di Universitas Indonesia pada tahun 2000. Kemudian, beliau meraih gelar masternya untuk Jurusan Filsafat pada Fakultas Ilmu Budaya di Universitas Indonesia pada tahun 2004. Saat ini, beliau sedang menempuh gelar Doktornya dengan tema disertasi “Evolusi Kebudayaan Menurut Richard Dawkins.”

Pengalaman mengajar beliau dimulai pada tahun 2004 sebagai Dosen Filsafat di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya dan juga sebagai Dosen Filsafat Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Pemerintahan di Universitas Indonesia hingga sekarang. Selain mengajar, beliau pun turut menghasilkan karya-karya tulis, di antaranya “Narasi al Qur’an tentang Figur Yesus” pada tanggal 3 Desember 2001, “Aspek Filosofis dan Teologis di Balik Film The Matrix” pada tanggal 18 Januari 2004, “Membangun Rekonsiliasi Sejati” pada tanggal 24 Juni 2004, dan “Belajar dari Kerusuhan Prancis” pada tahun 2008 yang dipublikasikan pada harian Kompas. Karya-karyanya pun telah dipublikasikan di beberapa media cetak lainnya, seperti Republika, Harian Pelita, dan Tabloid Muda.

Daftar Isi

Sampul depan
Tentang Penulis
Kata Sambutan
Kata Pengantar Editor
Prakata
Daftar Isi
Bagian 1: Darwin dan Teorinya
     1. Skeptisisme Darwin
     2. Masa Muda Darwindan Era Victoria
     3. Orang-orang Barbar dan Primitif
     4. Kejayaan Darwin
          Kenaikan Status Sosial
          Mengagumi Lyell
     5. Tertundanya Teori Darwin
          Permasalahan Wallace
          Analisis Setelah Kejadian
     Pernikahan Darwin dan Reproduksi dalam Pernikahan
          Prospek Darwin
          Memilih Menikah
          Memilih Emma
          Emma Berkata “Ya”
          Darwin Mendapatkan Gairah
          Setelah Bulan Madu
Bagian 2:  Perspektif Darwinian
     7. Kekerabatan dalam Perspektif Darwin
          Pengaruh Gen dalam Kekerabatan
          Matematika Baru
          Batasan Cinta Kasih
          Mom Always Like You Best
          Pola Kesedihan
          Kesedihan Darwin
     8. Altruisme
          Game Theory dan Altruisme Resiprokal
          Non-zero-sumness
          Bagaimana Tit for Tat Bekerja
          Tetapi, Apakah Ini Ilmiah?
          Makna Altruisme Resiprokal
     9. Seleksi Seksual dan
Logika Seleksi Kelompok
     10. Sosiobiologi: Determinisme dan Moral
     11. Hati Nurani Darwin
          Hati Nurani Victoria
          Menilai Victoria
     12. Pasar Perkawinan
          Pemenang dan Pecundang
          Apa yang Salah dengan Poligami?
          Darwinisme dan Moral Ideal
          Mengejar Moral Ideal
     13. Status Sosial
          Teori Modern dan Hierarki
          Status, Penghargaan Diri, dan Biokimiawi
          Pria, Perempuan, dan Status
          Politik Simpanse
     14. Penipuan dan Menipu Diri sebagai Dasar Sosial
          Meninggalkan Kesan Baik
          Self Deflation
          Kuat Tapi Sensitif
          Dubious Accounting
          Persahabatan dan Ketidakjujuran Kolektif
          Kepentingan Kelompok
     15. Sinisme Darwin dan Peranannya bagi Ilmu Pengetahuan
          Pegangan Darwin
          Pemikiran Terbaik Freud
          Darwin sebagai Tonggak Pemikiran Modern dan Postmodern
          Darwinisme dan Kehidupan Ilmu Pengetahuan
     16. Darwinisme Universal
Daftar Pustaka
Sumber Gambar
Indeks
Sampul belakang