Tampilkan di aplikasi

Sejarah & filosofi sate lilit

Majalah Sedap - Edisi 12/2016
4 Januari 2017

Majalah Sedap - Edisi 12/2016

Dari begitu banyak hidangan tradisional Bali yang terkenal eksotis dan lezat itu, ada sate lilit yang disukai masyarakat Indonesia (bukan hanya orang Bali). Sate yang tampak sederhana ini sesungguhnya banyak menyimpan fi losofi . Selain itu juga merupakan syarat kejantanan pria. Luar biasa, bukan? / Foto : Pribadi

Sedap
Simbol Pusat Kehidupan & Syarat Kejantanan Pria.

Sate lilit untuk sesaji ini dibuat oleh kaum pria, mulai dari menyembelih hewannya, meracik adonannya, sampai melilit, dan mematangkannya. Membuat sate lilit bagi pria, juga melambangkan kejantanannya. Di masa lalu, orang akan mempertanyakan kejantanan seorang pria yang tak bisa membuat sate lilit. Pada upacara besar, sate lilit dibuat di balai desa, dikerjakan oleh 50-100 orang pria. Bambu atau pelepah kelapa sebagai tempat melilitkan daging dibentuk tebal mirip pensil. Jadi bukan dari serai. Melilitkan sate bukan dengan cara menyelubungi tangkai kayunya, tetapi betul-betul dililit dari atas ke bawah sambil memutar tangkai bambunya sehingga daging terlilit sempurna. Memanggang sate lilit di masa lalu bukan dijajarkan di atas bara api, tetapi ditusukkan satu per satu di ujung batang pisang sebelum dibakar sehingga sate lilit tak langsung menyentuh api.

Sate lilit bali merupakan masakan khas dan otentik Bali.

Merupakan makanan dalam sesaji umat Hindu Bali pada upacara adat. Salah satunya upacara Caru, penghormatan dan penghargaan kepada para dewa bagi penganut Hindu Bali. Upacara ini bertujuan menjaga keseimbangan alam semesta. Dalam sesaji, jumlah sate yang disajikan harus ganjil, misalnya 3-5 tusuk.

Penyajiannya diikat jadi satu, diletakkan di antara 4 jenis lawar. Lawar putih, merah, hijau, dan hitam. Keempat lawar ini menyimbolkan empat arah mata angin. Setiap arah mata angin dijaga dewanya sendiri-sendiri.
Majalah Sedap di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI