Bermula dari sekadar hobi, Frisca Chairunnisa (25) akhirnya bisa menyulap tanaman sayur hidroponik di pekarang rumahnya menjadi usaha yang menjanjikan. Berkat ketekunannya, lulusan Fakultas Pertanian, Universitas Andalas ini mampu mengembangkan usaha sayuran hidroponik beromzet Rp 60 juta/bulan.
Risca mulai menanam sayur hidroponik sejak masih kuliah, tepatnya pada tahun 2013. Saat itu, sayur hidroponik yang dikembangkan di pekarangan rumahnya hanya puluhan unit. “Kami memang suka nanam sayur. Namun, tempat tinggal kami di Kota Padang, Sumatera Barat tak punya halaman luas.
Dari situlah, kami ada ide untuk tanam sayur dengan media hidroponik yang tak perlu lahan luas,” kata Frisca. Menurut Frisca, hidroponik sangat cocok dikembangkan di kawasaan perkotaan. Sebab, untuk menanam sayur hidroponik tak perlu lahan luas. Pola tanam sistem hidroponik tak perlu banyak air.
“Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit dibandingkan air pada budidaya tanaman dengan tanah. Hidroponik menggunakan air yang lebih efisien, jadi cocok diterapkan pada daerah yang memiliki pasokan air terbatas,” kata Frisca. Sayur yang ditanam dengan sistem hidroponik selain bisa dikonsumsi juga indah di pandang mata.
Tak heran bila banyak masyarakat sekitar Kota Padang yang meminati budidaya sayur hidroponik. Penanaman sayur hidroponik yang semula sekedar hobi kini oleh Frisca sudah dijadikan ladang bisnis. “Saat ini ada 3.000 unit hidroponik yang khusus untuk tanam sayur seperti lafa, pakchoy, kangkung, bayam, dan sawi,” kata Frisca.nIdt/Ira
Tabloid Sinar Tani di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.