Tampilkan di aplikasi

Agens hayati, cara ramah lingkungan kendalikan WBC

Tabloid Sinar Tani - Edisi 3744
26 Maret 2018

Tabloid Sinar Tani - Edisi 3744

Pembuatan agens hayati. / Foto : Dok. sinar tani

Sinar Tani
Wereng Batang Cokelat (WBC) telah lama menjadi musuh petani padi. Berdasarkan catatan, serangan WBC ini ditemukan pertama kali tahun 1950-an pada lahan persawahan di Dramaga, Bogor dan Mojokerto. Beragam metode pengendalian pun digelontorkan untuk mencegah hama ini meluas.

Sayangnya, upaya pengen­dali­an hama tersebut lebih menekankan penggunaan insek­tisida. Bahkan tahun 1970-an ketika terjadi ledakan hama wereng dilakukan penyemprotan insektisida secara masif tanpa memperhatikan keseimbangan lingkungan.

“Karena tanpa memperhatikan resurgensi hama dan lingkungan, justru akhirnya populasi menyebar,” ungkap Guru Besar Perlindungan Tanaman dari Institut Pertanian Bogor, Prof Soemartono Sosromarsono dalam Seminar Nasional Menemukan Kembali PHT Kita : Memutus Lingkaran Setan Wereng Cokelat dan Virus Padi, di IPB, beberapa waktu lalu.

Kondisi yang terjadi kini petani kian sulit mengendalikan hama wereng. Seperti pengakuan petani Lebak, Banten, Azis bahwa lahan padi milik petani seluas sekitar 20 ha di daerahnya tahun lalu puso karena serangan WBC. Karena itu pada musim tanam kali ini (musim hujan), dirinya lebih waspada terhadap serangan hama tersebut.

Apalagi penyuluh pertanian di wilayahnya telah mengingatkan saat musim penghujan merupakan musim penyakit untuk padi. Guna mengantisipasi serangan WBC, Azis selalu mengamati kemungkinan munculnya hama tersebut. “Dulu disini memang pernah muncul wereng itu, lumayan bikin habis lahan. Setidaknya ada 20 ha, puso di tahun lalu,” ungkapnya ketika dihubungi Tabloid Sinar Tani. “Yang saya tahu, wereng juga bawa penyakit virus yang bisa buat tanaman jadi kerdil.
Tabloid Sinar Tani di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI