Popularitas kopi kini tengah naik daun. Terlihat bagaimana pertumbuhan kedai kopi ibarat jamur di musim hujan. Berbagai jenis kopi di Nusantara yang semula tertidur kini mulai menggeliat bangun.
Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution menceritakan, kopi dulu hanya dinikmati orang-orang kaya, tapi seiringnya perkembangan siapa pun dapat menikmati kopi. Kopi dulu ditanam petani yang berasal dari negara berkembang dan diolah, serta dinikmati negara-negara maju (Amerika dan Eropa).
“Tetapi sekarang berbeda, baik negara berkembang maupun negara maju, semuanya dapat menikmati kopi,” katanya saat Gathering dan Round Table Discussion ‘Strategi Kebijakan dan Program Pengembangan Kopi Indonesia untuk Merespon Kebutuhan Agro Industri Kopi Global’ di Jakarta, Kamis (8/8).
Meningkatnya peminum kopi pun berdampak terhadap perkembangannya di Indonesia. Darmin menjelaskan, dalam lima tahun terakhir konsumsi kopi mengalami pertumbuhan pesat mencapai 8,8% per tahun. Ini dua kali lipat dari pendapatan per kapita masyarakat Indonesia.
“Sayangnya ini tidak diikuti dengan produksi rata-rata kopi nasional yang hanya 0,3% per tahunnya. Jadi kalau tidak diantisipasi, mungkin 2-3 tahun ke depan kita akan jadi importir kopi,” kata Darmin mengingatkan.
Data menyebutkan, tahun 2017 areal perkebunan kopi di Indonesia mencapai 1,25 juta ha dengan produksi 73% jenis kopi robusta dan 27%-nya kopi arabika. Sedangkan kepemilikan lahan kopi per keluarga petani rata-rata hanya 0,7 ha untuk robusta dan 0,6 ha untuk arabika. “Itu masih kurang. Minimal petani harus punya 2,7 ha,” ujar mantan Gubernur BI itu.
Tabloid Sinar Tani di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.