Bangunlah Korporasi Peternak Sapi. Populasi sapi dan kerbau Indonesia mengalami peningkatan yang menggembirakan. Pada periode 2014-2017, populasi sapi dan kerbau rata-rata mengalami pertumbuhan sebesar 3,83 persen per tahun.
Pemerintah melalui Kementerian Pertanian terus berupaya melakukan percepatan peningkatan populasi sapi dan kerbau. Caranya adalah membuat program terobosan Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting atau yang dikenal dengan Upsus Siwab.
Melalui Upsus Siwab diharapkan sapi dan kerbau betina produktif milik peternak yang sudah memasuki masa perkawinan harus segera dikawinkan, utamanya melalui sistem perkawinan inseminasi buatan (IB). Inseminasi buatan merupakan salah satu upaya penerapan teknologi tepat guna yang menjadi pilihan utama untuk peningkatan populasi dan mutu genetik sapi.
Kementerian Pertanian juga meyakini melalui kegiatan IB, penyebaran bibit unggul ternak sapi dapat dilakukan dengan murah, mudah, dan cepat. Cara ini sekaligus dapat meningkatkan pendapatan para peternak.
Dari Januari 2017 sampai Maret 2018 telah terealisasi IB sebanyak 4.905.881 ekor.
Terdapat sapi dalam kondisi bunting sebanyak 2.186.892 ekor dan kelahiran ternak sampai dengan Maret 2018 ini sebanyak 1.051.688 ekor. Khusus periode Januari sampai Maret 2018 sebanyak 929.411 ekor atau 123,92 persen dari target IB sebanyak 750.000 ekor. Raihan untuk kebuntingan sebanyak 294.774 ekor atau 65,7 pesen dari target 448.689 ekor. Pedet yang lahir sebanyak 140.553 ekor atau 31,87 persen dari target 440.997 ekor.
Dalam Upsus Siwab juga dilakukan pencegahan sapi betina produktif dan atau sedang bunting disembelih. Kepedulian ini digerakkan Kementan bersama Dinas-dinas Peternakan. Kementan perlu lebih memaksimalkan upaya untuk mencegah terjadinya pemotongan sapi bunting.
Secara perlahan gerakan Upsus Siwab melalui IB tengah membawa upaya Indonesia menuju swasembada protein hewani. Populasi sapi dan kerbau bisa ditingkatkan. Pada saat yang sama, produksi ternak lainnya juga terus digenjot. Artinya, sumber protein hewani yang dikonsumsi masyarakat berasal dari keaneka-ragaman ternak. Tidak lagi hanya bergantung pada satu sumber protein.
Tidak hanya sapi dan kerbau, tapi juga ternak lain seperti kambing, domba, kelinci, unggas, dan sapi perah. Namun demikian, menambah sapi indukan dari luar negeri juga harus dipertimbangkan. Bila impor sapi bakalan diorientasikan lebih untuk memenuhi kebutuhan sapi potong, maka perlu lebih diorientasikan untuk menambah jumlah indukan betina produktif. Jumlah impor sapi betina indukan perlu juga dilakukan kajian.
Temukan berapa jumlah sapi betina indukan impor yang harus ada dalam jangka 2 atau 3 tahun mendatang. Sediakan anggarannya untuk itu. Politik anggaran di DPR harus mendukung upaya ini. Penumbuhan kelompok ternak sapi dan kerbau dengan penguasaan jumlah populasi yang ekonomis juga penting.
Dalam hal ini Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan perlu berjalan seiring dengan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, mengembangkan kelompok-kelompok ternak yang besar dan berhimpun dalam korporasi peternak rakyat. Mereka bisa membentuk koperasi peternak, seperti peternak sapi perah di Belanda.