Kementerian Pertanian (Ke mentan) sejak tahun 2015 telah memberikan bantuan alat mesin pertanian (alsintan) dalam jumlah besar. Pada 2016 dan 2017, bantuan masih terus digulirkan masingmasing sebanyak 110.487 unit dan 326.266 unit. Pada tahun ini (2018) pemerintah juga tetap memberikan bantuan alsintan, begitu pula tahun depan.
Pengembangan pertanian mo dern melalui penggunaan alsintan dari aspek ekonomi secara signifikan dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan keluarga petani. Hal itu akibat mampu menghemat biaya pengolahan tanah, tanam, penyiangan dan biaya panen karena sebagian besar tenaga kerja sudah diganti oleh penggunaan alsintan yang jauh lebih efisien.
Namun, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Pending Dadih Permana menuturkan bahwa keuntungan penggunaan alsintan tersebut terjadi jika petani mampu mengubah mindset bahwa alsintan bukan dimiliki sendiri. ”Kembali pada pengelolaan sumberdaya manusia nya. Siapkah bapak ibu sekalian (petani) untuk mengelola alsintan,” tutur Dadih.
Ditjen PSP sudah memastikan jika alsintan yang diberikan kepada petani merupakan ”betina produktif”. Jadi, alsintan ini harus bisa beranak. Dalam artian, menghasilkan manfaat sekaligus berjalan bisnisnya. Dirinya bahkan menganalogikan jika alsintan ini tidak bisa ”beranak”, berarti yang mandul adalah ”jantannya”.
”Yang menjadi jantannya adalah kelompok tani, Gapoktan penerimanya. Ma ka jika tidak bisa bertambah (pendapatannya hingga menjadi bisnis baru berupa UPJA), maka yang mandul adalah gapoktannya,” jelas Dadih. Dadih menambahkan, alsintan yang diberikan pemerintah bukan alat tanam, alat olah tanah semata. ”Tetapi ini adalah barang modal yang harus bisa dikembangkan dalam usaha kelompok tani,” tuturnya
