Ketiganya merupakan kebutuhan pemenuhan gizi protein hewani yang masih perlu diawasi produksi dan distribusinya. Khusus untuk daging sapi, hingga kini produksi dalam negeri belum mampu mencukupi. Dari total kebutuhan tahun 2018 sebanyak 663 ribu ton, produksi daging sapi dalam negeri masih berada di angka 429 ribu ton.
“Bulan ini masih harus ada impor 20 ribu ton untuk pemenuhan kebutuhan,” kata Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi di Jakarta, beberapa waktu lalu. Namun, Agung berpesan agar masyarakat tidak perlu khawatir karena pasokan daging sapi/kerbau selama Natal-Tahun Baru dipastikan aman. Total ketersediaan sapi lokal pada November-Desember sebanyak 71.121 ton untuk memenuhi kebutuhan sebanyak 109.723 ton.
Defisit tersebut menurut Agung, akan dipenuhi dari stok sapi dan kerbau siap potong (impor) 36.952,26 ton. Sisanya merupakan stok daging dan jeroan (beku impor) yang ada di gudang importir dan Bulog. Saat ini, daging sapi dan jeroan impor yang ada di gudang importir mencapai 13.554 ton dan terdistribusi ke Jabodetabek, Batam, Bandung, Bali dan Kepulauan Riau. Sementara, di gudang Bulog, masih terdapat stok daging kerbau sebanyak 3.368,96 ton. “Diperkirakan daging impor tersebut akan masuk pada minggu kedua Desember,” tegasnya.
Mengenai daging ayam, Agung mencatat stok masih tersedia, bahkan surplus sebesar 335 ribu ton karkas. Namun Agung melihat adanya anomali kenaikan harga daging ayam, namun dipastikan tidak akan lama. Untuk telur, stok masih akan tersedia karena produksi di tahun 2018 mengalami surplus hingga 806 ribu ton. Mengenai kenaikan harga telur karena afkir dini yang dilakukan peternak, Agung menuturkan tidak akan berpengaruh pada produksi telur.
