Musim Kemarau Basah
Musim Kemarau (MK) tahun ini adalah kemarau basah. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan ramalannya bahwa pada bulan Juni 2020, sebanyak 51,2 persen wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau, cenderung lebih basah (di atas normal) daripada rata-rata iklim pada tahun 1981-2010.
Beberapa indikator pun diungkap BMKG untuk menunjukkan bahwa MK tahun ini adalah kemarau basah. Pertama, kondisi ENSO netral. Hasil monitoring indikator anomali iklim Samudera Pasifik, suhu muka laut wilayah indikator ENSO (Nino 3.4) sampai dengan pertengahan Juni dalam kondisi netral.
Yang dimaksud kondisi ENSO netral ini adalah karena fluktuasi suhu muka laut tidak menyimpang lebih dari 0,5 derajat celcius dari rata-rata normal klimatologisnya. Sampai akhir tahun berkisar antara Netral dan La Nina lemah.
Kondisi La Nina lemah apabila penyimpangan suhu muka laut di wilayah indikator ENSO lebih dingin yaitu sekitar -0,5 sampai dengan -1,0 derajat celcius dari normal klimatologisnya. Apabila kondisi La Nina dapat terjadi, dapat menambah peluang peningkatan curah hujan di sebagian wilayah Indonesia. Hal inilah yang menyebabkan musim kemarau terkesan lebih basah, karena lebih banyak hujan daripada kemarau biasanya.
Kedua, kondisi IOD+ kembali netral Berdasarkan monitoring anomali iklim Samudera Hindia, menunjukkan beda suhu muka laut Perairan timur Afrika dan sebelah barat Sumatera sebagai indikator Dipole Mode Samudera Hindia (IOD) bernilai positif (IOD+) pada pertengahan Juni 2020 ini. Kondisi IOD+ diprediksi akan kembali netral pada Juli hingga November 2020 nanti.
Ketiga, suhu muka laut. Monitoring terhadap kondisi suhu muka laut perairan Indonesia menunjukkan kondisi normal, dengan kisaran anomali suhu muka laut antara -0,5 hingga +2 derajat celcius. Suhu muka laut yang hangat atau anomali positif terjadi di perairan timur Sumatera, perairan selatan Jawa, Laut Banda dan perairan utara Papua. Dari berbagai kondisi tersebut diperkirakan akan menjadikan musim kemarau di sebagian wilayah Indonesia cenderung basah, mencapai sekitar 50 persen wilayah.
Namun perlu tetap diwaspadai adanya potensi kekeringan di 30 persen wilayah Zona Musim (ZOM). Kementerian Pertanian memanfaatkan MK basah ini untuk menambah luas tanam padi. Gerakan percepatan tanam pun digerakkan di sentra-sentra produksi padi yang memiliki air yang cukup untuk bisa sampai panen.
Data dari Kementan, Gerakan Percepatan Tanam pada April-September 2020 ini dilaksanakan di 8 wilayah andalan, 9 wilayah utama dan 16 wilayah pengembangan. Kementerian Pertanian (Kementan) memberikan bantuan benih, alat mesin pertanian, asuransi pertanian dan pendampingan agar percepatan tanam sukses dan memberikan hasil yang tinggi.
Dinas Pertanian Daerah dan para Penyuluh Pertanian saatnya melaksanakan komitmennya. Komitmen untuk memberikan kontribusi bagi masyarakat, menyediakan pangan bagi penduduk Indonesia. Maka, mereka patut menjadikan gerakan percepatan tanam sebagai perhatian utama.
Pada MT II target tanam seluas 5,6 juta hektar. Dari situ nantinya pada bulan Juli sampai Desember akan ada 12,5 - 15 juta ton beras. Luas panen Januari Juni seluas 5,83 juta hektar dengan produksi 29,31 juta ton gabah kering giling.n