Mentan ‘Baru’
Sahabat Sinar Tani yang budiman
Pertama-tama kami dari Redaksi Tabloid Sinar Tani mengucapkan Selamat kepada Bapak Andi Amran Sulaiman yang kembali menduduki jabatan sebagai Menteri Pertanian menggantikan Syahrul Yasin Limpo (SYL). Bagi ASN di Kementerian Pertanian dan publik, sosok Amran bukan lah hal yang baru. Pada periode pertama Pemerintahan Joko Widodo tahun 2014-2019 juga pernah mendapat amanah menjadi Menteri Pertanian.
Untuk kedua kalinya, Presiden Joko Widodo melantik Andi Amran Sulaiman sebagai Menteri Pertanian di Istana Negara, Jakarta, Rabu (25/10). Pelantikan ini berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 101/P Tahun 2023 tentang Pengangkatan Menteri Pertanian Kabinet Indonesia Maju Tahun 2019-2024 yang dibacakan Deputi Bidang Administrasi Aparatur Kementerian Sekretariat Negara, Nanik Purwanti.
Sebelum bergabung dengan kabinet Jokowi, Amran ternyata banyak membantu pemenangan Jokowi saat terpilih menjadi Presiden RI menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono. Amran banyak berperan sebagai koordinator relawan Sahabat Rakyat Kawasan Timur Indonesia (KTI) selama Pilpres 2014. Tugasnya dalam peran tersebut membuat Amran menjadi ujung tombak dalam upaya memenangkan pasangan Jokowi-Jusuf Kalla di wilayah KTI.
Meski pada periode kedua Pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin, Amran tak lagi menjabat sebagai menteri, namun sosok Amran dalam lingkaran Istana tak pernah putus. Amran mengaku kerap berdiskusi dengan Jokowi. Bahkan dirinya dipanggil ke Istana Negara, Jumat (15/9).
Namun saat itu, Amran menampik Presiden Jokowi akan meminangnya kembali menjadi Menteri Pertanian. Pertemuan dengan Jokowi dalam kapasitasnya sebagai seorang pengusaha. Khususnya untuk membahas kondisi perekonomian Indonesia, termasuk ekonomi daerah, dalam diskusi yang fokus pada masalah ekonomi dari hilirisasi nikel hingga soal kendaraan listrik.
”Memang bukan satu kali saja. Kalau tidak salah selama saya tidak menjabat sudah lima kali diskusi masalah tebu pabrik gula yang sudah kita operasikan di Bombana. Nah itu dulu dibahas, kemudian biofuel, kemudian dulu pernah masalah nikel dan diskusi tentang ekonomi bagaimana kondisi riil di bawah. Jadi kalau tidak salah sudah lima kali diskusi tentang usaha,” papar Amran ketika diwawancarai wartawan saat datang kembali ke Kementerian Pertanian.
Di dunia usaha Amran berhasil membangun dan mengembangkan 14 perusahaan yang tergabung dalam holding Tiran Group. Bisnisnya mencakup berbagai sektor, termasuk tambang emas, tambang nikel, pabrik gula, distribusi semen, produksi pestisida, perkebunan kelapa sawit, dan stasiun pengisian bahan bakar (SPBU).
Menyelesaikan pendidikan program Doktor Ilmu Pertanian di Universitas Hasanuddin pada tahun 2012. Selama kariernya, Amran pernah menerima berbagai penghargaan, termasuk Tanda Kehormatan Satyalancana Pembangunan di Bidang Wirausaha Pertanian dari Presiden RI pada tahun 2007 dan Penghargaan FKPTPI Award 2011 di Bali.
Meski menjadi Mentan Baru, Amran adalah sosok lama. Tugas mengembalikan kepercayaan publik terhadap Kementerian Pertanian bukanlah hal mudah. Apalagi Kementerian Pertanian juga mempunyai tanggung jawab menjaga ketahanan pangan. Di tengah ancaman perubahan iklim, tantangan peningkatan produksi pangan tak mudah. Apalagi tahun depan merupakan tahun politik.
Meski tak mudah, Amran dengan optimistis kembali mengibarkan bendera swasembada pangan. Baginya, pencapaian tersebut pernah dilakukan saat menjadi Menteri Pertanian pertama kali. Salah satu program yang digaungkan adalah optimalisasi lahan rawa lebak dan rawa pasang surut. Pemerintah daerah pun diajak bersama-sama bekerja mencapai target peningkatan produksi pangan. Bagaimana hasilnya? Publik menunggu tahun depan.