Panen Telah Tiba Tapi Soal Pangan Kita Tetap Siaga
Sahabat Tabloid Sinar Tani yang Budiman.
Lagu potong padi yang diciptakan oleh Ismail Marzuki hanyalah salah satu dari sekian banyak ungkapan kecintaan masyarakat kita masa lalu pada alam dan pertanian. Sekarang tidak pernah ada lagi lagu semacam itu diciptakan oleh penulis lagu kita. Sangat sedikit lagu bertema alam dan pertanian, apakah ini pertanda rasa cinta terhadap pertanian telah memudar? Berita hangat muncul ketika terjadi kekurangan pasokan pangan dan meningkatnya harga pangan, terutama beras. Apalagi terjadi pada saat Pemilu dan menjelang Ramadhan dan Lebaran. Maka berita bahwa panen telah tiba yang diangkat jadi tema berita Tabloid kita edisi kali ini terasa bagai siraman sejuk setelah terjadi kemelut harga beras yang menggelisahkan.
El Nino panjang tahun 2023 salah satu penyebab yang berdampak pada penurunan produksi beras cukup besar. Menurut perkiraan BPS mencapai sekitar 2,05 persen. Tapi El Nino dan La Nina bukan lantas untuk ditangisi karena pasti akan terjadi. Upaya kita adalah untuk meredam dampak agar tidak terlalu merugikan. Kita ingat tahun 1997-1998 El Nino telah mengakibatkan kebakaran hutan hebat yang berdampak besar pada emisi karbon, kabut asap, keanekaragaman hayati, ekonomi, dan risiko kesehatan yang serius di Indonesia.
Kita juga harus melihat bahwa potensi produksi padi tidak hanya di sawah berpengairan tetapi juga di lahan non sawah konvensional seperti lahan kering, rawa, lebak dan gambut. Teknologinya umumnya ditemukan masyarakat lokal setempat dan disempurnakan oleh peneliti kita. Maka di sanalah kita menempatkan sasaran lokasi ekstensifikasi dan intensifikasi karena potensi itu belum optimal dimanfaatkan.
Sahabat Tabloid Sinar Tani yang Budiman.
Produksi nasional ada pada tingkat kurang lebih kebutuhan masyarakat, kadang sedikit lebih atau harus sedikit impor. Di sinilah Bulog berperan sebagai pengaman stok, dan menjaga agar harga ada pada batas yang menguntungkan petani dan tetap terjangkau bagi konsumen.
Dulu petani terbiasa menyimpan beras sebagai cadangan pangan keluarga. Sekarang umumnya mereka menjual langsung di sawah dengan cara tebasan karena perlu uang untuk membayar utang sarana produksi dan membeli kebutuhan rumahtangga. Mereka membeli beras kembali pada saat paceklik dengan harga lebih mahal. Itulah kondisi petani kita yang umumnya berlahan sempit. Mereka adalah net buyer.
Tabloid Sinar Tani kali ini juga mengangkat topik tentang komoditas antara lain perikanan, komoditas eksotik andalan yaitu kopi, hortikultura dan rempah. Komoditas andalan ini masih mempunyai ruang lebar untuk dikembangkan di sektor hilir agar memperoleh margin yang lebih tinggi. Akhirnya pelayanan pemerintah menjadi kunci agar optimal mendorong perkembangan pertanian. Dan penyuluhan serta pelayanan menjadi bagian terdepan.
Sahabat Tabloid Sinar Tani yang Budiman.
Semua topik tersebut akan ditemui pada Edisi Sinar Tani kali ini. Kami mengucapkan Selamat Membaca.