Mudik Lebaran: Alami, Tradisi dan Ekonomi
Sahabat Tabloid Sinar Tani yang Budiman dan Siapa pun yang Mudik.
Tradisi mudik sudah ada sejak zaman kerajaan Majapahit. Saat itu, para perantau kembali ke kampung halaman untuk membersihkan makam para leluhurnya. Namun istilah mudik lebaran baru berkembang pada tahun 1970-an, ketika Jakarta menjadi satu-satunya kota di Indonesia yang mengalami perkembangan pesat dan jadi tujuan migrasi penduduk dari desa.
Mudik atau mulih dhisik (pulang dulu, bahasa Jawa) umumnya dilakukan menjelang Idul Fitri. Dahulu dianggap jamak kalau bolos sesudah lebaran, kemudian dipermudah jadi libur bersama.
Sebagai fenomena alam, mudik juga terjadi pada dunia binatang. Burung biasa bermigrasi pada musim dingin, pinguin melakukan perjalanan jauh ribuan mil, dan ikan berpindah tempat. Ketika musim bertelur tiba, ikan salmon mudik ratusan kilo meter dari lautan menuju hulu sungai air tawar untuk bereproduksi. Sebagian mengalami malapetaka karena ditangkap manusia atau beruang. Mirip sekali dengan kasus kecelakaan para pemudik, bukan?
Itulah tradisi dan budaya, di mana harga barang-barang naik dianggap jamak dan berlelah-lelah di perjalanan yang jauh dan macet dianggap kebahagiaan saja. Resiko dan bahaya juga tidak dihiraukan. Mudik adalah proses tradisi, budaya dan ekonomi yang harus diantisipasi dengan keseluruhan kesiapan dan fasilitasi oleh pemerintah termasuk keamanan.
Mudik adalah saat yang ditunggu-tunggu. Saat untuk bisa berkumpul dengan orang tua, handai taulan, bernostalgia kehidupan masa kecil dan berziarah ke makam orang-orang yang dicintai. Tentu saja termasuk makan enak dan beristirahat dari rutinitas pekerjaan.
Dampak mudik bagi perekonomian sangat signifikan. Saat mudik terjadi transfer uang dan kegiatan ekonomi skala besar dari kota ke desa yang harus difasilitasi dengan penyediaan uang. Perbankan memasilitasi dan menjaga agar ATM tetap siaga tidak kehabisan dana. Tidak lupa penukaran ke uang nominal kecil juga disiapkan untuk memasilitasi mereka yang akan memberikan hadiah dan berbagi. Mudik juga momen terbaik untuk meningkatkan aktivitas bisnis dan promosi. Oleh-oleh, wisata, bus dan bengkel gratis dan iklannya adalah contohnya.
Mudik bukan hanya milik Indonesia.Tradisi ini terjadi di seluruh belahan dunia. Pengembaraan dan urbanisasi terjadi dan ada saat di mana pekerja pulang kampung pada hari libur panjang seperti Natal dan Thanksgiving di Amerika.
Hal yang sama juga terjadi di Cina yang masyarakatnya sangat menghargai leluhur dan orang tua. Juga di negara-negara Kamboja, Malaysia, India, Mesir, Turki dan negara-negara lainnya terutama yang mempunyai kasus urbanisasi tinggi.
Ada juga orang yang tetap tinggal di kota dan tetap bekerja, untuk meraup rezeki saat upah membumbung tinggi, seperti ART, taksi, dagangan harian dan semua yang bersifat jasa dan pelayanan.
Sahabat Tabloid Sinar Tani yang Budiman.
Dari Meja Redaksi kami mengucapkan Selamat Mudik dan Merayakan Idul Fitri 1 Syawal 1445 Hijriah, Mohon Maaf Lahir Batin.