Desember silam, versi bahasa Indonesia untuk petunjuk suara aplikasi berbasis guide perjalanan sudah tersedia. Saya sudah mencoba, dan saya gunakan untuk melakukan “petualangan” menuju suku Baduy. Perjalanan dipendekkan oleh Waze karena tak diarahkan melalui jalan raya dan tol macet. Kendati musti melalui jejalanan yang tengah diperbaiki.
Singkat kata sampai terminal Cibolegar dari Serpong butuh waktu 3,5 jam. Paling singkat dan pendek. Tak terbayang jika musti keluar Serang, mungkin bisa lima jam.
Waze sangat membantu merencanakan perjalanan. Menurut, Setiaji, kepala UPT Smart City Jakarta, waktu jumpa saya, Waze memberikan data-data kepada pemerintah provinsi DKI Jakarta. Data-data yang diperoleh dari partisipasi warga (yang kabarnya pengguna di Jakarta telah mencapai 200 ribuan) kemudian terkumpul layak dijadikan sebagai rujukan memahami peta dan titik kemacetan di Jakarta.
Data-data dan tren yang diperoleh itu lalu dapat dijadikan sebagai rujukan untuk kebijakan, baik skala konsep maupun teknis di lapangan. Cara ini menjadi sangat efisien, dibandingkan dengan menggunakan teknologi CCTV, kendati jika dikombinasikan dengan Waze akan makin memperoleh data lebih eksak. Tinggal kemudian bagaimana pelaksana dan penanggungjawab soal lalu lintas menggunakannya.
Saya rasa, kemacetan luar biasa yang terjadi pada minggu silam mudah dideteksi. Meski diakui peristiwa tersebut di luar dugaan. Pemerintah dan aparat alpa bikin rencana. Tetapi Waze dengan tangkas menyajikan data-data secara real time.
Saat itu, mustinya langkah taktis telah dilakukan agar tak keburu jadi “bencana”. Informasi musti buru-buru disiarkan, agar warga tak malang di tengah jalan. Pintu tol yang kerap jadi pusat kemacetan seharusnya juga sudah disertai penghitungan frekuensi kendaraan dengan proses pembayaran, sehingga secara matematis dapat dihitung, dan selanjutnya disiarkan lewat message di Waze.
Kian banyak informasi dari warga maupun petugas, kian akurat data yang diterima. Sayang, minggu lalu kita tak memiliki rencana A, B dan seterusnya dalam hal pendeteksian. Yang terjadi adalah langkah darurat, setelah peristiwa itu menjadi gawat.