Brand Baru Makin Seru, Selamat datang buat Lava Mobile, yang secara resmi telah merilis seri i870, sekaligus membuka pintu bagi perjalanan brand satu ini di Indonesia. Lava bukan pemain baru di industri dan retail produk telko di dunia. Namanya melesat cepat di India sejak 2013 memasuki industri ini. Bahkan tahun 2015 merupakan salah satu dari 7 brand yang angka penjualannya di atas 100 persen.
Manufakturnya di Tiongkok dan produk portfolionya tak hanya melulu smartphone. Lava juga memproduksi tablet, powerbank dan aksesori seperti earphone. Masuknya Lava Mobile yang punya kantor pusat di Mangga Dua semakin memperpanjang daftar brand smartphone di Indonesia. Kabarnya satu atau dua bulan ke depan juga akan hadir brand-brand baru. Mereka bahkan akan dikomandoi oleh para pelaku bisnis telko kugiran yang sudah kenyang makan asamgaram retail. Jadi bakal seru. Brand-brand baru perlu mengibarkan bendera. Tak melulu hanya memikirkan satu soal yaitu penjualan semata untuk mengejar faktor finansial. Mereka musti melakukan strategi brand positioning agar secara praktis mendapat nama di benak konsumen Indonesia. Istilahnya membangun brand. Ini adalah faktor yang tidak bisa ditinggalkan jika ingin berumur panjang.
Pasar Indonesia ini seperti madu yang manis untuk dicicipi. Bentang geografisnya amat luas, kesetaraannya pun belum sepenuhnya terjadi. Munculnya kaum kelas sosial ekonomi menengah yang terus bertambah memang jadi indikasi kesejahteraan. Tetapi di ujung sana masih ada yang baru saja lepas dari tekanan ekonomi. Namun semuanya tetap maju menuju ekonomi yang lebih baik. Karena itu, ketika saya makan malam dengan Felix Gao, Direktur Sales D-Link, ia sangat optimis.
Memang untung bakal diraih dalam jangka lama. Tidak bisa cepat. Ia yang tinggal di Singapura bahkan sudah melihat bahwa di negerinya sendiri peluang menjual produk itu sudah sangat sesak. Ia lebih yakin berdagang di negeri nusantara ini. Lava akan meramaikan informasi dunia telekomunikasi. Namanya akan menghias on-line yang bertebar di dunia maya kita. Seri-serinya bakal tampil entah dalam bentuk berita, review produk atau preview. Tetapi sebuah riset AC Nielsen mengatakan bahwa online tidak menjadi tujuan konsumen untuk lantas membeli produk-produk elektronik. Sebagai sebuah bacaan atau informasi iya.
Lalu dari mana konsumen mendapat informasi yang lebih sahih dan ia merasa bulat untuk membeli produk? AC Nielsen lagi menyebut media print. Bahkan bukan pula media elektronik. Media print punya kredibilitas. Bahasannya mengacu pada apa yang awaknya lihat, rasakan dan uji. Tidak buruburu seperti gaya media on-line. Jadi, pembaca sekalian terhormat, Kami sangat percaya diri menjadi media yang sangat dirujuk untuk seluruh produk telekomunikasi. Di sini, di SINYAL