Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, yang saling membutuhkan satu sama lainnya. Dalam menjalani kehidupan seharihari, manusia akan menghadapi berbagai kondisi baik yang diinginkan maupun yang tak diinginkan.
Ketika menghadapi masa sulit dan tak diinginkan, fitrahnya, seseorang akan memerlukan perhatian atau bantuan orang lain, misalnya saat terjadi bencana alam. Di saat-saat seperti inilah, ujian datang pada yang tertimpa bencana maupun yang tidak. Baginya yang tak terkena bencana, Allah akan menguji kepekaan hatinya.
Dalam Islam, ikut merasakan kepedihan orang lain adalah sebuah keharusan. Pada sebuah hadis, Rasulullah Saw bahkan mengibaratkan, mukmin yang satu dengan mukmin lainnya adalah sebuah bangunan yang saling mengokohkan.
Berawal dari simpati, diharapkan timbul empati. Dari sekadar merasa iba, diharapkan timbul aksi aksi nyata, sebagai bentuk kepedulian kita. Sahabat, bentuk kepedulian tak cukup dengan simpati. Orang yang terkena bencana lebih membutuhkan sikap empati kita, daripada sekadar simpati atau ungkapan belasungkawa. Dengan empati, hati kita menjadi lembut dan beban saudara-saudara kita pun menjadi terasa lebih ringan.